Ketika asmara singgah lalu membawa tuan rumah melukis kisah. Puan jelita yang dulu tidak mengerti akan gejolak gila perlahan berubah menjadi budak cinta.
Bak manusia haus belaian harsa seakan hampa tiada sisa. Tuan, perkenalkan saya ciptaan Tuhan paling tidak berkesan. Kita hitung seberapa layak kalimat sukacita bertamu dan semua berakhir semu. Entah apa yang salah ketika Dia menciptakan saya? Apa ini tentang tidak menghargai usaha atau tidak mengerti tahta?
Sejauh apa angka tercipta, si bodoh yang menghuni jiwa tak jenuh untuk singgah. Dia berkata semua telanjur jatuh dan buat semakin merapuh. Lalu saya hanya bisa mengutuk, seperti manusia buta tidak tahu cara mengetuk. Saya terjebakdalam nadi kemudian mati.
Bukan hal aneh jika manusia mulai candu pada seorang pemandu. Segala langkah diberi anak panah agar saya tidak kehilangan arah. Mulai merajut ekspetasi bersama pelakon baru pemilik sepenggal renjana. Setiap malam melakoni hakikat afeksi. Menetap berujung ratap.
Dalam ruang sanubari, anda menjadi sumber utama sukacita setiap hari. Tuan dengan elok perbuatan seakan membius bergabung bersama sketsa hidup semesta. Kuat untaian harap, kalah akan kenyataan. Dunia tidur mengajak bermain tapi ketika fajar tiba, aksara hebat membuat angan patah lalu sampai pada pelangi kentara.
Sementara waktu, anda menjadi tekad dan tak cukup banyak detik menjelaskan jikalau ambigu ini sesuatu yang pilu. Mereka bersama kekasih tercinta setiap malam mampu mengikis cerita, tapi kita hanya menuntut jarak dari jalinan asmaraloka.
Anda menyimpan cinta dan saya menabung khayalan milik kita yang kini sudah membentuk bukit cerita.
***Pada ufuk bumi, bertemu anda si raja ekspetasi cela. Mengapa daksina?
Utara untuk pencipta, Barat untuk daksa, Timur untuk semesta dan Daksina untuk kisah kita. Sejauh mana tapak menjejaki bumiputera maka bayang-bayang mutlak berada di selubuk pusta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaset Horizon ; Na Jaemin
Romance[REVISI] 나재민 "tumbuh, adu, berlabuh dan ambigu"