Wahai tuan, esok akan saya coba untuk memanusiakan sebuah rasa.
Semoga dikau tidak berulah.
Bantu saya
,#
Hari ini bumi dibasahi air mata langit. Dia sedang tidak baik agaknya. Sementara saya memutuskan untuk berhenti melangkah, berteduh pada toko bunga yang mana sudah diminta izin terlebih dahulu.
"Kamu mau beli bunga?" Tanya seorang taruna yang tak lain adalah anak dari bapak penjual bunga. Dia belum tahu bahwa saya hanya menumpang saja.
"Tidak," jawabku sambil melempar senyum semanis mungkin. Takut dikira yang tidak-tidak karena sudah dua puluh menit lamanya berdiri dekat jajaran bunga.
"Dia hanya numpang berteduh," ujar bapak yang datang bergabung, membawa satu pot berisi bunga mawar putih lalu meletakkan dekat kumpulan bunga disampingku. Selanjutnya kami sibuk dengan atensi masing-masing. Taruna tadi sudah duduk di mulut pintu sambil memandangku dan bapak merapikan beberapa rak bunga.
Kuulur tangan dengan upaya merasakan rintik hujan yang sejak tadi tidak jua usai. Walau hanya tetes tidak lebat, saya tidak akan pernah suka berurusan dengan hujan. Kepala yang kurang ajar ini sangat manja, pasti langsung pusing kalau diguyur gerimis saja.
"Kamu penggemar Na Jaemin?"
Pertanyaan itu lantas merubah atensi dari jalanan basah menuju taruna penjual bunga. Bingung, kenapa dia tiba-tiba bertanya hal demikian. Wajah ku terlihat jelas bertanya maksud si taruna.
"Saya sempat lihat cashing hp kamu ada wajah Na Jaemin."
Jelasnya, paham akan garis kebingungan dahi. Saya menganggukkan kepala, si taruna mulai mensejajarkan posisi agar mampu melihatku sebagai teman bicara.
"Sudah lama?" Tanya taruna ini lagi, tapi saya tidak paham maksudnya, "Apa?"
"Suka sama Na Jaemin."
"Oh, menginjak satu tahun sih. Masih pemula."
Kemudian saya diam. Biarkan saja taruna ini yang mencari topik bicara, lagipula manalah kemahiranku mengajak orang asing bicara santai.
"Jangan sampai terlalu dalam. Takutnya kamu sendiri penyebab patah hati."
"Ada yang lebih manusia dibanding Na Jaemin. Selalu tanamkan kata idola dalam akalmu supaya kalau nanti terlanjur, bisa mengontrol rasa."
Kata si taruna seakan tahu banyak tentang bagaimana saya mengagumi Na Jaemin. Walau demikian saya menerima dengan baik usulnya. Banyak kebenaran dalam kalimat itu. Singkat namun berhasil memberi peringatan keras.
Untuk kesekian kalinya, orang baru mampu melihat segila apa saya mencintai Na Jaemin. Taruna itu orang yang ke seratus dua puluh bicara tentang kewajaran mengagumi idola. Tapi terlihat percuma, saya tetap gagal untuk memanusiakan sebuah kuadrat hidup.
Sebab taruna itu tempat yang tepat untuk merakit kebahagiaan walau fatamorgana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaset Horizon ; Na Jaemin
Romance[REVISI] 나재민 "tumbuh, adu, berlabuh dan ambigu"