4. memo otak

148 22 5
                                    

Kamu romantis sampai ingin aku ajak berkelana, tapi sayang semua hanya sebatas ekspetasi yang manis.

Kamu romantis sampai ingin aku ajak berkelana, tapi sayang semua hanya sebatas ekspetasi yang manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


,#

"Nandi, nanti malam kamu gak malming?"

Tanya Ibu yang baru saja menampakkan diri, keluar dari kamar. Pertanyaan itu sungguh retoris. Jelas dia tahu kalau anaknya ini tidak pernah merayakan malam minggu tapi masih saja bertanya. Entah niat menghina atau hanya sebatas basa basi. Hanya Ibu yang tahu alasannya.

Kita sudah bertemu selama tiga lembar belakang bukan? Namun saya masih belum memperkenalkan diri. Hal yang buruk.

Aku, Nandini Charu. Remaja... ah tidak! Bahkan umur sudah genap dua puluh tahun. Lebih baik disebut pemudi.

Sudah selama itu menginjakkan kaki di bumi dan selama itu pula saya tahu tak ada yang manis untuk dikenang. Hidup terbilang biasa hampir menjenuhkan. Hanya ada beberapa manusia menjadi teman menjalani kehidupan. Ayah, Bunda dan sahabat kecil. Meghana Vidya. Saya suka memanggilnya dengan sebutan kapas. Dikarenakan meghana yang artinya awan dan saya lihat awan itu serupa dengan gumpalan kapas putih.

Saya begitu tergila-gila pada Na Jaemin. Pemuda yang tidak hanya berandalkan wajah rupawan. Dewasa pemikiran sering kali mengajak tumbuh jadi manusia semestinya.Tak jarang taruna ini membuat saya takjub, ada saja hal yang baru untuk diterapkan. Entah itu sebuah gagasan atau suatu tindakan. Manusia ini begitu baik, bahkan malaikat saja bisa iri dengan perlakuannya.  Karena dia, saya lebih menyadari bahwa Tuhan menciptakan semua puan sangat cantik. 

Pernah meminta pencipta untuk memberi satu manusia serupa dengan tuan. Setidaknya, walau bukan dia yang asli namun bisa memeluk identiknya. Terkesan gila. Begitulah cara mencintai manusia. Untuk pertama kali. Ingat! Pertama kali. Tidak pernah sejatuh ini pada seorang pemuda. Sekalinya jatuh malah pada manusia yang mustahil digapai. Sulitnya kehidupan ini. Walau perih tapi harus lebih wajar menaruh harapan bersama Na Jaemin.

"Nan, ntar malam keluar yuk?"

Entah kapan dia sudah ada dalam rumah. Tidak memberi tahu ingin datang berkunjung. Posisi kapas duduk depan Ibu. Mulut sibuk mengunyah cemilan.

"Sejak kapan loe datang?"

"Daritadi. Gue panggil depan kamar gak nyahut loe."

Jelas tidak memberi respon. Saya saja sedang sibuk menonton drama. Telinga disumbat sepasang earphone. Dengan suara besar pulak. Mendadak tuli kalau kata Ibu.

"Tadi gue lagi nonton drakor."

"Tumben ngajak keluar?"

Itu suara Ibu. Sekarang dia mulai ikut dalam pembahasan kami. Yang tadi sibuk dengan tempe goreng, kini duduk manis bersama.

"Iya bu, sekalian nyari cogan. Siapa tahu nyantol satu hahahaha."

Jawaban kapas sungguh tidak lucu. Bisa-bisanya dia bicara sesantai itu dengan orang tua. Mungkin karena sifat ibu yang ramah.

"Malas, ntar juga zonk. Yang ada loe untung banyak."

Saya menolak ajakan yang hanya berisi argumen kosong. Sesuai dengan apa yang dikatakan tadi, memang kapas gampang sekali dekat dengan lelaki. Maka tak aneh jika dia punya banyak mantan bahkan melebihi jumlah baju di lemari. Dia begitu suka bermain-main dengan lelaki. Jika ditanya mengapa, dia selalu menjawab untuk mengisi waktu luang.

"Sesekali coba dekat sama cowok biasa, Ndi. Biar loe gak jatuh cinta banget sama Nana."

Perkataannya mengundang pilu. Selalu saja itu. Bicara seakan-akan saya menolak untuk dekat dengan lelaki padahal, tidak. Hanya menunda waktu untuk merakit ikatan. Belum paham tentang putus harapan yang meninggalkan kenangan. Saya hanya tidak mau menjadi korban patah hati. Lebih baik tidak tergapai daripada sudah tergapai tapi buram jika ditanya kepastian.

Sudah menumpuk kalimat-kalimat yang mengandung titah untuk berhenti memberi hati, namun mau bagaimana? Saya mulai terbiasa wahai manusia. Tidak bisa lagi untuk diajak bermusyawarah. Daripada kalian membuang tenaga bicara, lebih baik simpan semua pesan itu jika nanti sosok Na Jaemin sendiri yang melukai batin. Maka saya harus memaksa otak segera tamat.
***

Kaset Horizon ; Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang