"Mantan lo itu kek setan, Mbak."
••••••
"Oi, Mbak! ngapain bengong?" Ujar Lea sembari menepuk bahu Karina yang tengah termenung.
Karina tersentak dan menjatuhkan pulpen di tangannya. Setelah selesai mengatasi rasa terkejutnya, Karina mengambil kembali pulpennya dan menatap tajam si pelaku.
"Lo enggak bisa apa sehari aja nggak ngagetin gue? Jantung gue lama-lama lepas nih gara-gara lo!"
Lea tertawa kecil sembari mengambil posisi duduk di samping kubikel milik Karina. Wanita itu menatap penuh ejek kearah Karina yang masih tampak kesal.
"Lo pasti galau, mau dateng ke kondangan gue tapi enggak punya gandengan." Cibir Lea.
"Emang siapa yang mau bawa gandengan? Gue mah bisa dateng sendiri ke kondangan lo." Ujar Karina melempar balik cibiran Lea.
Lea memajukan kursi mendekat kearah Karina. Wanita itu menatap serius kearah seniornya. "Nih, Mbak gue kasih tahu, mantan lo itu bakal dateng ke kondangan gue. Yakin lo mau dateng sendiri, Mbak? Kalo gue jadi lo mah ogah, tengsin gue."
Karina terdiam sejenak. "Ya kan itu lo bukan gue. Mana ada seorang Karina malu gara-gara dateng sendiri ke kondangan terus ketemu mantan." Ujar Karina penuh percaya diri.
"Yakin lo? Kalo dia bawa anak sama istrinya gimana?"
"Kalo papasan gue sapa lah." Ujar Karina dengan santai.
"Njir, gaya lo Mbak. Gue jadi inget tiga tahun yang lalu lo mewek gara-gara diputusin. Terus sebulan setelahnya lo ngedumel sembari sumpah serapah pas tahu dia nikahan." Ejek Lea lagi.
Sedetik kemudian wanita bertubuh berisi itu membulatkan matanya. Tangannya terangkat menutup mulutnya yang terbuka. "Atau.. jangan-jangan lo gamov, Mbak?"
Karina mendelik. "Gue udah move on ya. Lagian ngapain lo ngundang dia sih? Kayak dia orang penting aja yang harus diundang." Dengus Karina.
Tuk.
"Sorry Mbak gue getok kepala lo, abis lo ngeselin sih. Mantan lo itu bosnya calon suami gue, Mbak. Masa lo lupa sih."
Karina mengelus kepalanya yang terkena pukulan pulpen dari Lea. Tidak sakit memang, hanya gerakan refleks saja. "Semua tentang mantan udah gue lupain, enggak penting juga buat diinget terus."
"Mantan lo itu kek setan, Mbak. Masa setahun yang lalu dia nanyain lo lewat calon gue. Gila emang tuh orang!" Dumel Lea.
"Oh." Jawab Karina tak acuh.
Karina tidak akan peduli lagi pada Angga, mantannya. Dia akan datang menemui pria itu ketika tahlilan untuk pria itu diadakan. Artinya, sebisa mungkin Karina akan menghindar jika berada di tempat yang sama. Namun jika sudah terlanjur bertemu ya apa boleh buat, Karina akan menyapa pria itu dan menunjukkan jika dirinya sudah bahagia.
"Kalo ketemu jangan lo bacain ayat kursi Mbak, enggak bakal mempan. Lo bacain yasin aja."
"Kayak orang mati dong."
"Ya kan biar dia cepet mati dari hati lo. Lo kan gamov." Ledek Lea sembari menjauh dari meja Karin.
"Si Alan lo!" Umpat Karina.
Karina kembali menekuri layar datar didepannya. Matanya mengabsen setiap angka yang tertera agar dapat menemukan kesalahan yang tidak sengaja dia buat. Tadi pagi atasannya memarahinya karena terdapat kesalahan pada laporan yang dia berikan. Hingga akhirnya Karina harus merelakan waktu makan siangnya untuk kembali menekuri angka-angka yang merusak mata ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call U Babe
General FictionYang Karina tahu pernikahan itu adalah hal yang rumit dan menyesakkan. Terlahir dari keluarga yang sebagian besarnya selalu bermasalah dalam pernikahan membuat Karina belum siap menikah diumurnya yang sudah melewati 'batas'. Namun ketika seseorang d...