"Jadi kamu bilang, saya enggak waras?"
-------
Karina melangkah dengan cepat keluar dari gedung. Piring yang tadi dibawanya pun sudah ia taruh kembali ke atas meja prasmanan. Dia meringis pelan ketika membayangkan keributan yang mungkin terjadi di dalam sana berkat ulahnya. Tapi Karina tidak bisa menahan emosinya ketika mendengar ucapan Angga yang jauh dari kata sopan.
Ayolah, pria itu sudah beristri dan beranak, mana mungkin Karina mengacaukan pernikahan mereka. Lagipula Angga yang meninggalkannya lebih dulu, menganggap hubungan mereka tidak artinya sama sekali. Dan sekarang, meminta kembali padanya?
Iuhh, sampai kapan pun Karina tidak akan pernah mau!
Karina mengibaskan tangannya. Rasanya sedikit sakit setelah memukul hidung Angga. Jari tangannya terasa pegal dan sedikit ngilu. Karina jadi curiga, jangan-jangan tulang hidung Angga adalah versi terbaru yang dilapisi besi bukan hanya tulang saja.
"Sial, sakit banget tangan gue." Gumam Karina.
Karina kembali meringis, image dirinya sebagai wanita kalem langsung hancur seketika. Mana di depan banyak orang pula. Dia hanya ingin segera pulang kemudian menggerutu sepuas hati di dalam kamar.
"Kari!"
Karina berhenti melangkah. Dia memejamkan matanya kemudian mendengus dengan keras. Tanpa perlu menoleh juga Karina dapat menebak siapa orang yang memanggilnya. Nama indahnya akan berubah menjadi nama makanan bersantan jika orang itu yang memanggil.
"Kamu kok ninggalin saya?"
Karina mencebik. "Loh kan saya emang enggak bareng Bapak. Jadi ngapain harus ditungguin." Ujar Karina kemudian kembali melangkah.
"Tunggu, saya mau ngomong sama kamu."
Karina melirik dengan sinis tangan Dimas yang mencekal lengannya. Sadar akan maksud Karina, Dimas segara melepaskan cekalannya kemudian mengangkat kedua tangannya.
"Maaf, spontan nyekal tangan kamu."
"Jadi, Pak Dimas mau ngomong apa? Saya enggak punya banyak waktu."
Karina tertawa di dalam hati. Sekali-sekali dia bersikap seperti orang penting. Padahal kenyataan dia selalu punya banyak waktu luang, apalagi saat malam sabtu seperti ini. Yes, tidak ada malam minggu bagi kaum sepertinya, yang ada hanya malam sabtu dan malam senin.
"Muka kamu itu, jangan kayak orang yang ngajak berantem gitu, saya sedikit ngeri liatnya." Dimas meringis pelan setelah mengatakan kejujurannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call U Babe
General FictionYang Karina tahu pernikahan itu adalah hal yang rumit dan menyesakkan. Terlahir dari keluarga yang sebagian besarnya selalu bermasalah dalam pernikahan membuat Karina belum siap menikah diumurnya yang sudah melewati 'batas'. Namun ketika seseorang d...