Different Morning

276 40 1
                                    

Suara gonggongan anjing terdengar bersahutan dari balik jendela yang masih tertutup rapat. Sinar mentari berusaha menerobos tirai-tirai berwarna merah, membuat ruangan gelap sedikit berwarna kemerahan.

Dering alarm yang berbunyi dari tadi diabaikan oleh si pemilik kamar. Lebih memilih bergelung dibalik selimut besar, menenggelamkan kepalanya ke sana sampai surai merah marunnya mencuat sedikit.

Suasana begitu sunyi sampai bel berbunyi, beberapa kali ditekan karena si pemilik rumah tidak kunjung membukanya.

Suara keluhan panjang terdengar dari balik selimut. Kemudian disusul suara debaman sesuatu yang jatuh ke lantai. Touma-- si pemilik kamar duduk sila di lantai, mencoba membuka matanya yang masih terpejam.

Touma memegang kepalanya yang pusing, ini pasti karena kejadian semalam. Touma menyeret kakinya menguap berulang kali. Berulang kali tehuyung ke kanan kiri.

Touma meraih gagang pintu, tidak berniat melihat siapa yang datang lewat intercom. Mungkin lupa.

"Kenapa datang sepagi ini??" gerutu Touma sambil membuka pintu. Matanya menyipit begitu sinar terang memasuki penglihatannya yang buram.

Suara tawa kecil mengambil perhatiannya. Mata Touma masih belum jelas yang dia tangkap hanya siluet buram berwarna merah.

"Touma-san selamat pagi tapi ini sudah cukup siang,"

Touma mengerjapkan matanya berulang kali, menguceknya kasar begitu merasa mendengar suara yang dia kenal. Siluet merahnya semakin jelas, tersenyum menyilaukan melebihi cahaya yang tadi menyambutnya.

Touma membulatkan matanya, menyadari siapa yang tersenyum di depannya. "Ri-riku?" gagap Touma tidak yakin center Idolish7 ada di hadapannya.

Riku tersenyum lebar, menggerakan tangannya. "Touma-san selamat pagi. Apa kau baru bangun?"

Astaga! Riku asli! Batin Touma kaget. Touma menggaruk kepalanya kikuk. "Riku apa yang kau lakukan di sini, di rumahku?"

Riku memiringkan kepalanya bingung. "Bukannya Touma-san yang mengundangku?"

"Hah?!" Touma terbengong, mencoba memutar ingatan yang sama sekali tidak mau jalan.

Riku tertawa. "Touma-san mengundangku sarapan bersama!" jelas Riku riang, tersenyum manis yang membuat Touma termangu. Di mata Touma senyum Riku bersinar menyilaukan, membuatnya berpikir dia melihat matahari dari jarak dekat.

Touma menjawab patah-patah, bahkan terdengar tidak jelas penuh kegugupan. Riku mengerjapkan matanya sebelum memasang wajah sedih. "Apa Touma-san lupa?"

Touma tersentak menggerakan tangannya gugup. "Tidak tidak! Maaf aku kesiangan! Ayo masuk,"

Riku tersenyum, membungkuk masuk ke rumah Touma. Riku melepas sepatunya, mengucap salam sopan.

Touma yang pikirannya masih setengah jalan mengikuti Riku gugup.

Pertama. Dia lupa pernah mengajak Riku sarapan.

Kedua. Dia malu karena bertemu Riku dalam keadaan berantakan.

Ketiga. Ini pertama kalinya Riku datang ke rumahnya. Membuatnya sedikit senang dan gugup bersamaan.

Riku mengedarkan pandangan ke seluruh sudut rumah. "Maaf rumahku sedikit berantakan," sesal Touma membuka lemari, mencari gelas. "Apa kau mau kopi? Susu coklat? Jus? Teh?"

Riku menggeleng, menatap Touma penuh kekaguman. "Touma-san tinggal sendiri? Keren sekali," puji Riku membuat Touma tertawa senang. "Aku bisa minum apa saja!"

"Teh kalau begitu," putus Touma membuka satu persatu lemari. "Teh apa yang biasa kau minum Riku?"

"Ehmm aku bisa minum teh apa saja Touma-san!"

Another Note [Endless] [AU IDOLiSH7] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang