Sudah Aku Bilang

150 26 5
                                    

Malam hari di penghujung musim dingin. Dua jam sebelum jadwal kerja yang ditentukan.

Rapat Dadakan. Tidak benar-benar mendadak 'sih.

Cuaca tak bersahabat sama sekali. Salju tipis sudah memenuhi jalanan dan suhu udara cukup dingin untuk membuat siapa pun kesulitan bernapas.

Gumaman Haruka yang merengek dalam bahasa bayi di dalam gumpalan selimut terdengar berulang kali. "Minami!! Atur pemanasnya!!" seru Haruka tertahan.

Tunggu.

Sepertinya mereka pernah mengalami suasana yang sama persis.

Bedanya Haruka duduk sambil membungkus tubuhnya yang sedang proses bertumbuh kembang seperti kepompong. Tidak bergelung di atas sofa atau menendang-nendang selimut mencari kehangatan.

Masih merengek 'sih.

Selain itu Torao tidak terlambat dan muncul mendadak. Tuan muda yang berpengalaman dalam masalah percintaan itu sudah duduk ganteng di sebelah Minami.

Kali ini Minami berbaik hati menyajikan kopi untuk Torao.

Kopi spesial rendah gula. Tanpa gula lebih tepatnya. Minami pasti masih kesal karena Torao memintanya untuk menyediakan wine.

Torao misuh-misuh sebentar karena harus mengambil sendiri gulanya. Mana sudi lidah peraknya mengecap kopi pahit.

Harusnya Torao bersyukur Minami tidak memasukkan garam atau bubuk cabai ke dalam minumannya yang akan mengacaukan mulut dan tenggorokan.

Hal yang tentunya sama selain cuaca ekstrem mendekati penghujung musim adalah ketidakhadiran Touma.

Hampir sebulan sejak pertemuan rahasia mereka bertiga. Haruka memasang ekspresi jengkel. Kali ini bukan dirinya yang mencetuskan agenda datang lebih awal.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang? Bukannya pertemuannya dua jam lagi??" Haruka bergumam kesal. Menggelikan. Kenapa juga rapat yang agensi adakan untuk membahas lagu baru mereka harus dilakukan malam hari. Ini melanggar hak asasi Haruka sebagai pekerja paling muda di sini.

Besok di harus berangkat lebih awal untuk menyalin tugas dari Tamaki. Cih. Lupakan. Haruka yakin Tamaki tidak akan mengerjakannya. Pasti dirinya terpaksa melakukannya sebelum bel masuk dan Tamaki akan menyalin tugasnya.

Sial.

Setidaknya ada Iori yang bisa diandalkan, meski kata-katanya menyakiti hati.

Haruka menggeleng mengusir jauh-jauh hawa dingin sekaligus pikiran tentang tugas. Besok 'ya besok.

Minami berdehem. "Aku hanya ingin tahu apa Isumi-san benar-benar melakukan yang kau katakan bulan lalu?"

Raut muka Haruka yang awalnya garang berubah. Haruka menyeringai dengan kerlingan mata yang berkilat jahil. Pongah sekali kelihatannya. Beruntung Minami dan Torao sudah menyiapkan mental untuk ini. Kalau tidak 'ya bukan masalah. Adik paling kecil harus disayang mau semenyebalkan apa pun eksistensinya.

"Hah! Lihat? Kalian tertarik juga pada akhirnya," cibir Haruka sambil menganggukan kepalanya berulang kali merasa bangga pada dirinya sendiri.

"Jangan besar kepala, Haruka. Aku hanya kasihan karena kau tampaknya tidak mendapatkan hasil apa pun," Torao mengibaskan tangannya berkelit dari tuduhan Haruka.

Haruka mendengus tak percaya. "Aku meragukan itu,"

"Apa yang dikatakan Mido-san tidak sepenuhnya salah, Isumi-san. Kita berempat tidak banyak menerima tawaran pekerjaan satu bulan terakhir ini karena persiapan lagu baru," jelas Minami menengahi. Haruka balas menatap Minami tertarik. Mereka memang lebih banyak latihan akhir-akhir ini.

Another Note [Endless] [AU IDOLiSH7] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang