"Demam Inumaru-san tinggi sekali," Minami menekuk alis melihat angka yang tertera di termometer.
Haruka memicingkan matanya. "Apa kau yakin minum obatmu Touma?"
Touma mengangguk. "Apa aku perlu memanggil dokter pribadiku?" tawar Torao.
"Tidak. Tidak perlu. Aku hanya butuh tidur," Touma menarik selimutnya. Menatap member grup-nya dengan pandangan bersalah. "Aku minta maaf tidak bisa tampil bersama kalian,"
Haruka, Minami, dan Torao salaing berpandangan sebentar, sebelum melipat tangan di depan dada. "Kalau Inumaru-san merasa bersalah makan bubur yang sudah aku buatkan,"
Touma mendelik kaget. "Kau memasak bubur??? Kau tidak menambahkan hal-hal aneh ke dalamnya bukan?"
Minami mendengus kesal. "Tidak. Ini bubur 'biasa'. Inumaru-san hanya perlu memanaskannya lagi. Apa mau aku panaskan sekarang?"
Touma menggeleng. "Belum lapar. Aku mau tidur,"
"Awas saja kalau kau melewatkan jam minum obatmu Touma," ancam Haruka. Touma bergumam di balik selimut.
"Bagaimana kau bisa terkena demam hanya karena ketakutan,"
"Kau tidak berada diposisiku Tora. Untung aku hanya demam bukan jantungan di tempat. Aku rasa mereka bertiga lebih menakutkan dari pembunuh asli. Saat mereka membuka pintu aku rasa jantungku jatuh ke perut,"
Minami menghembuskan napasnya letih. "Sudah aku bilang bukan? Kurangi menonton film-film seperti itu,"
"Aku tidak tahu kalau ternyata mereka jadi tamu acara masak. Dan lagi apa kalian percaya alasan membawa pisau kemana-mana agar menjiwai peran koki??"
"Aku sering melakukannya," sahut Minami santai.
"Aku kira orang bodoh tidak bisa demam," mata kiri Touma berdenyut mendengarnya. "Pantas saja kau tidak pernah sakit,"
Haruka mendelik kesal. Touma mengangkat wajahnya, menatap Haruka. "Haru kau pasti kesepian tidak bernyanyi dengaku. Pastikan kau tidak menangis di tengah-tengah penampilan,"
Haruka memasang wajah bicara-apa-orang-ini. Touma beralih memandang Minami. "Mina pastikan kau mengawasi mereka berdua. Jangan alihkan pandanganmu sedetik pun dari mereka atau kau akan menyesal,"
Minami memutar bola matanya letih. "Dan Torao... aku tidak bersama kalian jadi tolong jangan keluyuran nanti tidak ada yang berkeliling mencarimu ke seluruh dunia,"
"Oke saatnya berangkat. Demam membuatnya melantur," kata Torao. "Sialan kau Tora. Sampaikan maafku untuk fans. Katakan pada mereka aku mencintai mereka dengan sepenuh ha--"
"Kami berangkat,"
Touma mendesah kesal. "Hati-hati di jalan. Jangan lupa tutup pintunya,"
Touma menurunkan selimutnya. Kepalanya terlalu berat untuk sekedar bangkit dan memanaskan bubur. Touma memilih memejamkan matanya kembali, lagi pula dia tidak lapar dan demam membuat lidahnya pahit.
Berkat kejadian tiga malam yang lalu, Touma bermimpi buruk setiap malam dan jatuh sakit. Malu tapi siapa yang tahu efek rasa takut bisa membuatnya demam membuktikan Touma sudah melewati malam-malam mengerikan.
Otaknya mungkin jadi sedikit miring dan membuatnya lumayan berlebihan.
Touma melipat dahinya. Suara bel memasuki pendengaran yang mana membuat otaknya menyuruh Touma untuk bangun dan membuka pintu. Touma bergumam tak jelas mengumpulkan nyawa.
Suara belnya berhenti membuat Touma membuang napas lega. Kembali merebahkan tubuhnya, berganti posisi menjadi tengkurap membenamkan wajahnya ke bantal. Bergerak sedikit saja membuatnya kehilangan separuh nyawa, Touma memutuskan tidak akan bangun seharian. Bahkan untuk pergi ke kamar mandi. Dia tidak akan bangun. Tidak akan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Endless] [AU IDOLiSH7] (END)
Historia CortaTernyata aku jatuh cinta sama pasangan ini.