Hujan

351 41 19
                                    

Gokigenyou manteman.

Gud nite.

Hmm aku mau kalem dulu. Jadi begini.... entah apa yang aku tulis semoga feel-nya nyampe ke kalian dan tidak gelay.

Dan moga kalian ga aneh sama plot *coret-twist-*coret kegajean di akhir. Fufufu.

Hmmm maybe ada yang tak baca pesanku tapi aku bakalan jarang banget update untuk ke depannya karena ternyata abis penilaian akhir semester terbitlah ujian sekolah hmmm aku kaget sampai tak bisa berkata apa-apa.

Sad.

So enjoy the story.

Hope you always feel happy.

---//---

Aroma musim dingin sudah mulai tercium. Orang-orang akan berpisah dengan musim gugur yang nyaman dan luar biasa, berganti menyambut musim yang membuat pemandangan kota menjadi putih. Musim dingin bisa dipastikan membuat salju-salju akan bertumpuk di mana-mana menyengat kekebalan tubuh manusia.

Langit biru yang menjadi ciri khas musim di mana dedaunan jatuh ke bumi tergantikan dengan warna kelabu. Awan abu-abu mulai bergerak merayap menyebar ke seluruh hamparan langit.

Hujan di musim gugur jarang terjadi tapi tidak menurunkan kemungkinan datangnya jutaan tetes air dari langit. Terkadang hujan bisa turun walaupun bukan musimnya.

Tidak butuh waktu lama, gerimis turun. Aroma tanah yang terkena tetesan air menguar, sangat menenangkan bagi sebagian orang.

Trotoar dengan cepat kehilangan pejalan kaki, pasti karena kebanyakan tidak menyangka akan datangnya serbuan hujan. Menggerutu menyalahkan ramalan cuaca padahal jelas kesalahan ada pada mereka yang tidak mau berjaga-jaga.

Apakah mereka tidak pernah mendengar pepatah. Hujan bisa datang tiba-tiba begitu juga dengan cinta.

Ah sebenarnya itu bukan pepatah, hanya karangan dari seorang penulis cantik.

Salah satu manusia yang lupa mengecek ramalan cuaca dan tidak tahu menahu serta tak menyangka akan datangnya hujan terbengong di depan sebuah gedung industri hiburan. Tubuhnya kadang menggigil begitu angin dingin menyapa kulit sensitif miliknya.

Langit mulai merubah tempo serbuan, gerimis berubah menjadi hujan yang cukup menyulitkan dan beresiko untuk diterobos.

Surai merahnya bergerak begitu angin menerpanya lagi. Nanase Riku-- manusia yang kebetulan sedang berpisah dengan para penjaga-nya-- mengeratkan jaketnya. Suhunya semakin dingin dan kakinya mulai kesemutan.

Riku melihat ponselnya dengan wajah serius. Tidak sadar kalau pintu di belakangnya terbuka, seorang satpam muncul di sana bergegas mendekati Riku begitu melihat si surai merah masih betah di luar.

"Maaf Nanase-san lebih baik anda menunggu di dalam," katanya sopan.

Riku sedikit tersentak kaget karena terlalu fokus pada layar ponselnya. Riku tersenyum kikuk karena satpam yang jelas lebih tua dari si surai merah berkata sopan padanya. Menggeleng, menolak tawaran selembut mungkin mungkin.

"Terima kasih atas tawarannya. Saya menunggu di sini saja,"

Satpam itu melihat Riku cemas, belum sempat membujuknya lagi, terdengar suara dari belakang mereka berdua.

"Eh Riku? Kau ada pekerjaan di sini juga?"

Riku beringsut bergeser, memastikan pemilik suara. Sudut bibirnya terangkat melihat orang yang dia kenal muncul. "Touma-san selamat siang," sapa Riku riang.

Another Note [Endless] [AU IDOLiSH7] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang