After Scene 2

345 41 12
                                    

Dia menatapku kemudian bebisik pelan. "Setelah ini pulang oke?"

Aku tersenyum. Tidak merasa harus menjawabnya. Dia berusaha menyembunyikan rasa malunya dengan menutup mata. Aku terkekeh geli. Bukankah aku juga harus menutup mataku?

"Karena kau milikku,"

---//---

"Oke, Cut!" suara teriakan itu menghentikan pergerakannya. Aku segera mendorongnya menjauh sambil berdehem menormalkan detak jantung dan rona wajahku.

"Te-terima kasih atas kerja kerasnya," aku berdiri masih menghindari kontak mata dengannya.

"Touma-san keren sekali. Aku sampai malu," dia tertawa riang. Astaga apa hanya aku yang merasa sangat malu di sini?

Pria paruh baya yang merangkap sutradara mendekati kami berdua sambil tersenyum puas. Aku ingin memukul senyumnya.

"Riku-kun, Touma-kun. Kalian sangat luar biasa. Aku bahkan sampai terbawa suasana melihat kalian. Iklan ini akan benar-benar sukses," dia terkekeh sambil menepuk pundak Riku. Riku ikut tersenyum lebar mendengarnya.

'Sukses kepalamu!' batinku kesal.

"Terima kasih Sutradara-san! Aku senang bekerja dengan Touma-san," Riku tersenyum lebar. Tolong berhenti tersenyum seperti itu Riku.

"Kalau begitu kami akan beres-beres dulu. Kalian jangan pulang dulu kita harus merayakannya bukan?" aku masih bisa mendengar tawanya bahkan ketika dia menghilang dari tangga. Menyebalkan sekali. Apa dia tidak tahu kalau aku punya beban mental tersendiri?

"Touma-san!" Riku berseru di depan wajahku sambil menggoncang pundakku. Aku tersentak kaget dan reflek memundurkan wajah. "Ada apa?"

"Dari tadi aku memanggilmu. Apa ada sesuatu yang menganggumu?" Riku menatapku khawatir. 'Banyak Riku! Banyak! Rasanya kepalaku akan pecah,' aku tersenyum.

"Bukan apa-apa. Aku hanya letih,"

Riku menghembuskan napasnya lega. "Aku kira Touma-san tidak suka bekerja denganku," Riku memainkan ujung jarinya ragu-ragu.

"Tentu tidak! Aku suka bekerja denganmu," tanpa sadar aku menaikkan suara. "Eh maaf,"

"Aku hanya tidak enak kalau kau terganggu dengan jalan cerita iklan ini," lanjutku sambil menggaruk tengkuk canggung.

"Tentu tidak! Aku suka membantu Touma-san," Riku terkikik senang mengulurkan tangan. "Terima kasih atas kerja samanya Touma-san,"

Aku menatap uluran tangannya sebentar. Ragu-ragu menerimanya. 'Jantung bodoh! Jangan terlalu cepat bekerja!'

"Aku juga sena--"

"BERHENTI! CUKUP SAMPAI DI SITU!"

Teriakkan itu memotong ucapanku. Aku menoleh ke arah sumber suara. Mataku membesar mendapati pemandangan mengerikan di sana.

Wajah-wajah itu.

"Tolong berhenti menatapku seperti itu," keluhku. "Aku tersakiti di sini,"

Mitsuki yang tadi berteriak segera menerjang Riku dan menariknya menjauh dariku. Kemudian dengan cepat memeriksa tubuh Riku setiap jengkalnya. Aku tambah tersakiti.

"Astaga sudah aku bilang berhenti menatapku seperti itu," aku mendelik ke arah Idolish7 yang entah dari kapan dan mengapa sudah ada di lokasi syuting.

"Setelah ini Riku harus dibersihkan jiwanya. MAGICAL KOKONA BANTU AKU," pangeran Northmare Nagi berteriak dramatis sambil mengayunkan tongkat mainan ke arah Riku.

Another Note [Endless] [AU IDOLiSH7] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang