Malam ini sudah masuk pertengahan bulan September, setelah menghadapi panas yang ekstrem, suhu mulai berangsur sejuk.
Daun-daun mulai berganti warna kuning, merah, atau orange di berbagai sudut kawasan. Menciptakan pemandangan luar biasa yang menenangkan hati.
Bulan yang hampir memasuki bentuk penuh, bersinar dengan beberapa bintang di sekitarnya.
Lampu-lampu kota berkerlip menyaingi bintang di atas langit. Beberapa toko tampak sudah tutup dan jalanan juga mulai lengang. Tentu saja karena sudah memasuki jam malam, orang-orang bersantai setelah seharian melakukan kegiatan sehari-hari.
Sebuah mobil memasuki salah satu area parkir gedung tinggi. Begitu mobil terparkir rapi, keempat pintu mobil terbuka secara bersamaan, dari sana muncul empat orang bersurai berbeda-beda.
Pemuda dengan surai merah marun mengeluarkan beberapa bungkus plastik. Mengeluh betapa susahnya menjadi leader. Di sampingnya pemuda bersurai hijau tosca yang tingginya lebih pendek mendengus tidak peduli, sibuk memakan cemilan yang ada ditangannya.
Di belakang mereka, pemuda dengan wajah flawless bersurai pastel sibuk membaca naskah, menggeleng pelan begitu ada kalimat yang membingungkan. Di sampingnya pemuda yang paling tinggi dengan rambut coklat menempelkan telepon genggamnya ke telinga, sibuk menelpon seseorang.
Mereka masuk ke dalam lift menekan angka dengan tujuan lantai paling tinggi.
"Melelahkan," keluh Touma setelah mendesah panjang.
Haruka memicingkan matanya. "Apa kita harus makan malam? Aku ingin pulang dan tidur,"
Touma menggeleng. "Tidak sopan kalau kita tidak memakan pemberian manajer. Dia sudah repot-repot membelikan makanan,"
Haruka mengangguk enggan. "Aku juga lapar," gumamnya.
"Aku tidak bernapsu makan. Bisa aku lewatkan dan minum wine?" tanya Torao. Touma menggeleng lagi.
Minami berdehem, menatap Touma serius. "Rasanya makan malam selarut ini tidak bagus untuk dietku. Itu bisa mempengaruhi peranku di film,"
Touma menggeleng lagi. "Tidak. Kita harus makan. Aku tahu kalian melewatkan makan siang bukan? Aku tidak mau kalian sakit," putus Touma.
Tidak diduga ketiga anggotanya yang protes tersipu. Touma memiringkan kepala tidak yakin dengan penglihatannya. Mungkin efek lampu lift.
"Setelah selesai makan aku akan mengantar kalian pulang. Pastikan jangan ada yang begadang," imbuh Touma. "Tora kau tidak ada janji dengan wanita bukan? Kalau ada batalkan! Kalau kau sakit bagaimana?"
Torao mendengus. Pipinya memerah. "Hmmph. Aku punya dokter pribadi dan belasan pelayan yang akan merawatku. Tapi kebetulan hari ini aku tidak menemukan wanita yang menarik," jawab Torao.
Touma menganggukan kepalanya berulang kali. "Bagus-bagus. Besok pekerjaan kita hanya malam hari. Pastikan kalian menggunakan waktu istirahat dengan baik," kata Touma tulus.
Haruka mendengus. "Kenapa aku harus masuk sekolah?" keluh Haruka kesal. "Aku belum mengerjakan tugas,"
Touma spontan langsung menatap Haruka. "Apa kau mau aku bantu mengerjakannya??" tawar Touma. Haruka menggeleng. "Aku bisa bertanya pada Yotsuba,"
Minami terkekeh pelan. "Fufufu Isumi-san, apa kau yakin Yotsuba-san mengerjakan tugasnya? Aku rasa dia bukan orang seperti itu,"
Torao mengangguk paham. "Sougo pasti yang mengerjakan tugasnya selama ini,"
Haruka membelalakan matanya. "Apa kau yakin Torao? Kalau begitu mulai sekarang kau yang mengerjakan tugasku!" pinta Haruka semangat.
"Aku tidak punya waktu untuk itu," tolak Torao. Haruka mengerucutkan bibirnya kesal. "Aku juga tidak yakin Yotsuba mengerjakan tugasnya. Dia lebih sering menyontek milikku. Padahal milikku juga hasil contekan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Endless] [AU IDOLiSH7] (END)
Storie breviTernyata aku jatuh cinta sama pasangan ini.