sungguh
Emosi hanya
Mendatangkan kecewa
Bahkan derita
Tapi sungguh
Emosi sejatinya adalah
Jalan kita menuju kebaikan
Yang abadi
Emosi adalah keadaan dimana manusia merasa jika dirinyalah yang paling benar, tertindas dan bahkan merasa paling menjadi miliknya hidup ini.Keadaan inilah yang menimbulkan guncangan jiwa, api amarah dan sejenisnya. Maka dalam hubungan ini pun, emosi menjadi bagian indah untuk dilalui.
Masa masa bertengkar, cuek-cuekan akan menjadi lumrah, ketika kita mendengar satu sama lain. Kau pernah emosi kan? Tentu karena hatimu masih untukku. Begitu pun aku, pernah emosi saat kau tak menjadi seperti keinginanku.
Kau tiba-tiba menjadi pendiam, cuek, bahkan judes. Untung bukan mie judes. Kalau pun aku mie kau juga ogah kan memakan ku, dalam keadaan marah?
Begitu keadaan. Begitulah arah dan tujuan kita jalani. Dan begitulah kelumrahan ini. Bagai udara yang terbang dan dihempas angin tanpa sayapnya. Kau pun begitu. Manusia biasa yang terkadang menjengkelkan.
Apa satu contohnya? Satu contohnya adalah terkadang kau menjadi makhluk yang begitu egois. Sangat nyebelin bahkan sangat sulit aku tebak arah keinginanmu.
Bertengkar? Tentu kita marah-marah, kita lempar kata-kata yang belum kasar, dengan keadaan yang tenang dan plong. Saat itu sungguh sudah plong. Sebelumnya sangat menggairahkan, menggairahkan untuk menghabisi satu sama lain.
Tapi bukankah itu kelumrahan? Lumrah dalam arti kita masih punya kewajaran otak dan tujuan. Kita punya tujuan yang endingnya siapapun yang keluar dari tujuan itu, maka kita berhak untuk marah.
Jadi marah dan emosi pun perlu! agar kita tak keluar dari tujuan dan janji awal kita. Janji itu adalah setia, tentu kata-kata hanya bualan saja. Tapi bukankah semuanya dijanjikan dengan kata-kata sayang?
Tuhan menurunkan wahyu kepada Muhammad dengan kata-kata, lewat Jibril. Muhammad menyebarkan wahyu itu kepada manusia pun dengan kata-kata. Dengan ucapan, baru tindakan.
Bahkan Al-Quran ditulis dengan kata-kata indah, mendayudayu penuh makna. Kenapa kata-kata? Sebab di sana lah kekuatan cinta itu muncul seketika. Atau tiba-tiba muncul dengan tanpa pamrih.
Jadi berjanjilah dengan awal kata-kata! Aku pun sudah berjanji kepada Tuhan untuk menjagamu, setia kepadamu dan selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu.
Pasti tak ada yang sempurna. Manusia tak bakal bisa sampai sempurna, tak bakal bisa. Manusia hanya bisa berusaha dan menghitung amalannya mencoba berlomba untuk menjadi yang terbaik.
Dan aku pun berlomba menjadi imam yang terbaik untukmu. Dengan apa? Dengan emosi! Dengan gairah hatiku yang terus meletup, mencari jalan untuk selalu membahagiakan mu. Tentu anak kita kelak suatu saat.
Emosi penting kan? Sangat penting seperti gelombang yang kelak bisa membawa kita ke jalan yang begitu terang. Muhammad Membawa islam dengan emosi, dengan kejujuran dan gairah. Ia memperjuangkan itu bukan hanya untuknya, tapi untuk kebenaran yang mutlak yang ia percaya rumusnya.
Sayangku, jadi sangat lumrah kita punya kepekaan dengan emosi. Emosimu bahkan menjadi cambuk bagiku. Emosiku juga menjadi cambuk untukmu.
Menjadi pengingat disetiap langkah kita kelak. Sebab dengan emosi ini, kita akan sadar dan menjadi hatihati lagi. Menjadi lebih peka terhadap sesuatu yang ada di hadapan kita. Dan aku ingin kau terus mengasah emosi itu menjadi suci dan menjadi alami.
Sayangku, bukankah yang membuat manusia itu istimewa karena hati dan akalnya? Jadi setelah kita memikirkan akal dan pikiran kita, maka kita harus lebih mendalami hati dan jiwa kita.
Untuk apa? Untuk kebaikan dan pengingat kita, disaat kita luput dan angkuh kepada apapun yang Tuhan ciptakan untuk kita. Sebab aku ingin, cinta ini bukan hanya mengajarkan tentang perasaan ku dan kamu. Tapi perasaan kita kepada alam bahkan kepada Tuhan sang pencipta segalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SINESTESIA
General Fiction[UPDATE SEMINGGU 3 KALI] Ini adalah kisah nyataku. Ini adalah kisah cintaku. Mungkin bagi kalian kisah ini tidak menarik atau bahkan bukanlah apa-apa. Tapi bagi aku, kisah ini adalah jalan hidupku yang wajib buatku untuk ku tulis, agar anak-anak ku...