Siapa yang ingin merasakan cinta maka ia harus merasakan kesedihan dulu di dalam hatinya.
Aku termasuk orang yang percaya akan hal itu. Dimana sebuah rindu memang dibentuk untuk mengikat cinta itu jauh lebih dalam lagi dari biasanya.
Setiap rindu punya cara tersendiri, dan setiap cinta juga harus memahami satu sama lain dari sisi hatinya. Aku percaya jika urusan cinta juga urusan hujan.
Hujan itu seperti lautan yang terkenang di dalam ingatan. Jadi cinta pun ingin mengenang segalanya menjadi dua bagian, yaitu rindu dan kenangan.
Untuk apa aku mengingatnya ketika rindu dan kenangan telah menjadi pusaran waktu yang begitu dalam. Aku tak pernah ingin mengenang apapun yang sudah berlalu.
Sebab kenangan hanya akan menambah urusan percintaan menjadi rumit. Tapi dari kenangan itu aku bisa memahamimu, jika ada rindu yang terlah terkurung ke dalam sukma.
Ada cinta yang juga musnah ketika kenangan merajai segalanya dengan suka dan duka. Untuk apa aku mengenang lagi? Bukankah semua telah terjadi, seperti api yang kelam fi dalam malam yang binal.
Aku akan selalu berusaha memahami dari segala segi, termasuk urusan kenangan yang begitu kaku di dalam lika liku hidup ini. Hujan hadir untuk kenangan itu, dan kenangan hanya akan membuat kita terlenan oleh waktu.
Semua sudah ada batasnya sendiri. Semua antara kenangan mu dan kenangan ku seperti madu yang manis, yang harus segera ditelan meski belum saatnya menelannya. Seperti itu aku memahami segalanya ini, sebab tak akan ada siapapun yang tahu jika urusan kenangan bukan lagi urusan mengingat.
Tapi juga urusan merasakan kembali apapun yang sudah terjadi. Itu adalah urusanmu sendiri, juga sebagian tanggung jawabku di dalam memahami isi hatimu sayang.
Sebab seperti itu kisah ini, yang dibangun atas dasar cinta yang begitu dalam. Cinta yang memang selalu mempunyai makna indah di dalam setiap kata. Bukan urusan kenangan lagi, yang aku pinta darimu.
Tapi urusan hati yang kelak akan mengenang segalanya melebihi cintaku kepadamu. Siapapun berhak untuk melakukan itu, segala rasa yang abadi yang telah terpisah oleh waktu. Hati kita suah terbiasa terpisah oleh jarak itu.
Tali hati kita belum terbiasa untuk saling menerima apapun yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Sebab kita memandang indahnya cinta ini, daru segala sisi yang begitu dalam sekali.
Tapi kita melupakan satu hal penting di dalamnya. Yaitu sebuah keharusan dimana menerima itu lebih baik daripada memahami. Menerima itu keadaan dimana hati sudah ikhlas akan dirinya sendiri. Sedangkan memahami ia hanya akan perduli dengan satu urusannya sendiri.
Semua telah aku ukur dari segala rindu ini. Sayangku akan ada beberapa rindu lagi yang sudah aku jelaskan di dala hati ini. Tentang betapa rindu ini sudah hilang dengan akal sehat. Semua adalah bentuk yang tidak pernah aku ingin niatnya.
Semua seperti kata-kata baku yang terpendam di dalam sukma ini. Sukma ini adalah bentuk paling awal dari perasaan ku yang jauh lebih dalam dari pikiranmu.
Betapa aku merindukan hujan, seperti kau merindukan pelukan ini yang tak kunjung dimengerti olehku. Tetapi sayang? Bukankah ujian cinta itu adalah urusan cinta yang telah jatuh di alam sukma? Kita akan menjadi kenangan itu, cerita itu sudah kita bentuk seperti api yang akan selalu memahami rindu tidak sebatas waktu, tapi hati yang selalu ingin membiru.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINESTESIA
Narrativa generale[UPDATE SEMINGGU 3 KALI] Ini adalah kisah nyataku. Ini adalah kisah cintaku. Mungkin bagi kalian kisah ini tidak menarik atau bahkan bukanlah apa-apa. Tapi bagi aku, kisah ini adalah jalan hidupku yang wajib buatku untuk ku tulis, agar anak-anak ku...