Untuk sebuah cinta
Kita kadang melepasnya
Bahkan membiarkannya
Begitu saja✍🏻
Tentu semua tidak berjalan dengan mudah dan indah seterusnya. Pasti ada jalan berliku, yang kadang menyayat jiwa. Menyayat segalanya yang penuh dengan cerita.
Aku mulai dengan bagaimana kau selalu membiarkan waktu terbuang sia sia. Waktu menjadi beku, menjadi tak berpenghuni dan bahkan menjadi tuli.
Liburan itu adalah awal kita saling mengenal lebih dalam persoalan cinta. Kau ke Yogya, dan aku harus terbiasa dengan kesendirian, menatap layar handphone hanya untuk menanti kabarmu.
Seakan seperti berharap. "Maaf ya, aku sedang berbelanja nih? Kamu gak apa-apa kan aku tinggal dulu?" seperti itu kerendahan dan harapan kecilku waktu itu. Tapi demi waktu yang berbentuk jingga, itu hanya menjadi harapan saja.
Kita bertengkar. Kau harus paham kondisiku, aku balas, kau harus mengerti kesepian ku. Sudahlah! Kau egois! Ya sudah kalau aku egois, berarti kau semaumu sendiri kan!
Kita saling bertukar gagasan yang endingnya itu-itu saja. Akhirnya kita jengah, dan saling membiarkan diri, ke dalam dunia yang penuh curiga.
Bukan kah itu sebuah hal yang rumit sayangku? Hal yang rumit untuk masalah yang sungguh sangat sepele. Hanya urusan pengertian, dan pemahaman yang akhirnya membuat malam liburanmu hancur lebur.
Apakah karena itu kau takut berlibur? Takut untuk meninggalkanku sendiri kan? Padahal jauh di dalam hatiku ada perasaan menyesal, telah berbuat demikian kepadamu.
Aku seperti penjaga penjara yang pemarah dan selalu curiga dengan gerak-gerikmu, serta gaya pembicaraanmu waktu itu. Tapi sayang? Kita akan paham satu hal dengan berkata demikian. Jika cinta itu juga harus saling curiga. Biar sehat dan kuat.
Karena bagiku, curiga adalah sebuah tindakan yang didasari oleh keinginan yang tak terbatas. Aku selalu ingin kau menyadari jika urusan curiga itu pun ada manfaatnya.
Sama seperti saat kau melihat seorang nenek tua yang sedang duduk dipinggir jalan. Kau langsung kasihan bukan? Tentu itu adalah kebaikan. Sebab di dalam diri manusia, rasa belas kasih menjadi faktor utama keindahan hidup ini.
Tapi akhirnya kita sadar juga kan? Kalau pun curiga itu pun perlu dipahami lebih dalam lagi. Aku ingin kau menyadarinya. Seperti hujan tanpa halilintar, maka hujan itu pun tak begitu lengkap akhirnya.
Sayang, perbedaan itulah yang membuat aku dan kau sadar. Batas-batas curiga dan batas-batas cemburu yang menjadi satu. Aku tak ingin meneruskan masalah, dan kau pun sama kan?
Masalah hanya akan membuat diri kita jauh dari rasa sempurna. Kesempurnaan tak bakal ada sayangku. Tapi manusia selalu mencari kesempurnaan, kenapa? Sebab di dalam kesempurnaan itulah manusia menjadi puas akan hidupnya sendiri.
Dan tentu perjalan ini semakin hari akan semakin rumit sayangku. Pengertianmu juga pengertianku merupakan kuadrat yang ditempuh Tuhan untuk kesempurnaan kita.
Sebab di antara amarah kita. Terkadang aku merasa aliran darahmu menerjang sanubariku. Mengatakan jika urusan ini selesai. Tak usah kita perpanjang lagi. Biarkan menjadi tulang dan kenangan yang bakal abadi.
Aku selalu merasa kita akan menjadi lebih baik lagi sayangku. Karena itulah, kita harus memberi tanda sempurna untuk titik dan koma. Sebab di sanalah awal dan akhir berpetualang, menyusuri hitam dan putih hidup ini.
Serta memberi tanya kepada kita. Untuk tak ada alasan saling membenci, saling mencaci dan saling menyakiti. Sebab cinta kita terlalu suci untuk saling didustai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINESTESIA
General Fiction[UPDATE SEMINGGU 3 KALI] Ini adalah kisah nyataku. Ini adalah kisah cintaku. Mungkin bagi kalian kisah ini tidak menarik atau bahkan bukanlah apa-apa. Tapi bagi aku, kisah ini adalah jalan hidupku yang wajib buatku untuk ku tulis, agar anak-anak ku...