Sungjin oppaAku tunggu di gerbang depan sekolah
16.43Tak perlu membalas pesan dari kakaknya itu, Ara langsung menggendong tasnya dan keluar kelas menyusuri koridor yang ramai.
Langkah Ara berbelok ke kanan mengambil jalan yang lebih jauh. Alasannya, karena dia tidak suka keramaian. Ya.. walaupun harus berjalan dua kali lipat itu lebih baik.
🎶🎶🎶🎶
Suara indah piano terdengar lirih saat Ara melewati ruang musik. Keadaan disana yang sepi membuat suara denting piano itu cukup terdengar dari luar walau ruang musik kedap suara.
Seketika Ara terhenti. Dia hafal betul lagu itu, Fur Elise.
Ara suka musik klasik dan yang paling ia kagumi adalah karya Beethoven itu. kakinya kembali melangkah. Namun, bukan untuk menuju gerbang depan seperti pesan Sungjin. Ara malah memdekati pintu ruang musik dan membukanya tanpa ragu karena dia tahu siapa yang ada di dalam sana.
"Wonpil oppa?" panggil Ara setelah menutup kembali pintu ruangan bernuansa hitam putih ini.
"Ara?" Benar dugaan Ara. Teman karib kakaknya itulah yang memainkan piano tadi.
Ruangan ini cukup luas. Gitar akustik digantung berjejer, dua drum di sudut ruangan, keyboard, bass dan gitar elektrik, serta piano berwarna coklat tua di sebelah kaca tertutup itu. Tubuh Ara yang merasakan AC ruangan ini mendekati wonpil yang menghentikan permainan pianonya.
"Boleh aku duduk?" Izin Ara.
"Tentu saja" Wonpil menggeser bokongnya agar bangku ini muat untuk berdua.
"Kau masih bermain piano? Aku jarang melihatmu di tempat les piano" Wonpil mencoba membuat topik pembicaraan.
"Aku berhenti" jawab Ara sekenanya seraya jari jarinya mulai pemanasan menekan beberapa tuts dan menjadikannya akord.
"Benarkah? Padahal kami mulai ujian untuk menciptakan lagu" Wonpil terkejut baru mengetahui adik sahabatnya ini sudah tidak les di tempat yang sama dengannya.
"Irinya.." balas Ara dengan ekspresi sedih.
"Kau mau mendengar laguku?" Wonpil yang melihat ekspresi gadis di sampingnya ini mencoba untuk menghiburnya.
"Tentu saja!" Jawab Ara bersemangat.
Berhasil membuat Ara tersenyum kembali, Wonpil segera mengambil buku musiknya dari dalam tas.
Diletakannya buku berwarna coklat muda itu di atas tuts tuts piano secara vertikal.
BRUK
Tepat saat membuka buku itu untuk menunjukan not balok dari lagu yang dibuatnya, selebaran kertas sketsa terjatuh berhamburan.
Astaga! Wonpil lupa kalau di menyelipkan gambarnya di sana.
Segera tangannya mengumpulkan kertas kertas itu. Ara tak tinggal diam. Dia pun membantu mengambil beberapa sketsa.
Kagum.
Satu kata yang mewakili perasaan Ara sekarang. Kertas di tangan kanannya itu memperlihatkan sketsa pensil wanita cantik dengan rambut tergerai. satu lagi di tangan kirinya, gadis yang sama namun ditambah jepit rambut sebagai pelengkap.
"Dia siapa, Oppa?" tanya Ara melihat semua gambar itu adalah satu orang yang sama.
"Dia hanya.. seseorang yang ada di pikiranku." Jawab ragu Wonpil menyadari Ara tidak mengenal perempuan yang dia gambar.
"Bolehkan aku minta satu? Nanti akan aku kembalikan, setelah Wonpil oppa membuat gambar wajahku" tanpa mendengar jawaban laki laki bermarga kim itu, Ara berdiri dan berlalu keluar.
***
"Dari mana saja kau?" Kesal Sungjin yang sudah berdiri lama di depan gerbang menunggu adik satu satunya itu.
"Bukan urusanmu" tak peduli dengan wajah kakaknya yang ditekuk itu, Ara mendahului berjalan ke pinggir jalan.
Di stop nya satu taksi. Setelah taksi itu benar benar berhenti, tangan Ara membuka pintu belakang mobil berwarna kuning ini.
Adiknya itu benar benar membuat Sungjin naik darah. Namun, tetap saja dirinya tidak pernah memarahi Ara dengan keras.
"ke apotek, Pak" ucap Sungjin memberitahu pak supir alamat yang akan mereka tuju.
"Apakah kau tadi memilih jalan memutar lagi?" Tebak Sungjin tahu betul adiknya yang memutari sekolah demi tidak berjalan dengan siswa siswi lain.
"Itu alasanku agak lama" Ara menjawab, tanpa melihat ke arah Sungjin.
"Agak katamu? Tadi lama sekali tahu tidak?" Sungjin protes dengan masih bernada sabar.
"Setidaknya balas pesanku kalau kau akan terlambat" sindir Sungjin pada Ara yang jarang membalas pesannya.
Setelah Ara hanya menjawab dengan deheman malas, mobil taksi ini pun berhenti.
Tahu sudah sanpai ke tujuan, Sungjin segera membayar biaya taksinya. Tepat saat dia telah keluar dari mobil taksi, seorang perempuan yang tadinya berlari itu, tiba tiba terjatuh tersandung tali sepatunya sendiri di hadapan Sungjin.
Tanpa berfikir panjang, Sungjin mendekat dan mengulurkan tangannya.
"Kau baik baik saja?" Tanya Sungjin lembut mengetahui betul siapa gadis yang terjatuh di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! Hello Day6 (REVISI)
Hayran KurguDENGARKAN "WHEN YOU LOVE SOMEONE" "WHAT CAN I DO" "I LOVED YOU" Summary Kamu adalah kamu. Aku adalah aku. Aku dan kamu hidup dengan tak saling mengenal. Tapi dengan kata Hi! Hello. Sekarang kamu dan aku menjadi kita. - Hi! Hello DAY6 Band pop rock d...