BAB III

1.9K 233 7
                                    

.•♫•♬• Cedric Diggory •♬•♫•.

Mereka tiba dan berpisah dengan Amos dan Cedric dan mendirikan tenda di tempat perkemahan penyihir. Harry, Ron dan Hermione menyaksikan anggota internasional komunitas sihir sambil mengambil air.

Saat anak-anak Weasley yang lebih tua tiba dan mereka membuat makan siang. Mereka bertemu Ludo Bagman, komentator pertandingan dan kepala Departemen Permainan dan Olahraga Sihir dan orang yang memberi mereka tiket.

Selama pembicaraan mereka, bertentangan dengan keinginan Mr. Weasley. Fred dan George bertaruh dengan Ludo: tabungan seumur hidup mereka dan tongkat palsu yang akan dimenangkan Irlandia, tetapi Seeker Bulgaria Viktor Krum akan menangkap Golden Snitch.

Mr. Weasley juga bertanya pada Ludo Bagman apakah mereka sudah menemukan Bertha Jorkins.

Chrysa tak pernah suka masalah kementerian atau apalah itu. Karena ayahnya bekerja di Kementerian dan semakin Chrysa tumbuh dewasa. Ayahnya semakin sibuk, ampai tak pernah mengajaknya berpetualang di hutan lagi.

Jadi, setelah menghabiskan makan siangnya ia pamit untuk berjalan-jalan. Si Kembar hendak mengajukan diri untuk menemaninya, tapi Chrysa mengisyaratkan kalau dia ingin sendiri. Jadi, Si Kembar mengurungkan niatnya.

Chrysa hanya berjalan tanpa tujuan, kagum melihat keramaian orang yang antusias akan final Piala Dunia Quidditch ini.

Yah, ayah yang selalu sibuk dan ibu yang sangat terobsesi dengan gaun-gaun buatannya. Chrysa bersyukur setidaknya dia bisa melihat final Piala Dunia Quidditch dengan keluarga Weasley dan Harry dan Hermione.

"Hey!"

Chrysa berbalik, menatap kaku sosok di hadapannya. Itu Cedric Diggory.

"Oh, hai, Dig—"

"Cedric saja."

"Oh, ya. Hai, Cedric!"

Dua muda-mudi itu terdiam setelahnya. Menatap liar ke arah lain, mencoba untuk tak saling menatap satu sama lain. Chrysa mengulum bibirnya, gugup. Sedangkan Cedric mengusap lehernya, dia juga gugup.

"Oh, yeah. Aku akan kesana."

"Umm, ya."

"Jadi, aku melihatmu dan—"

"Dan?"

"Maksudku kau sendirian, jadi—"

"Jadi?"

"Kau mau ikut?"

Chrysa menatap sebentar ke arah Cedric, lalu menunduk dan tersenyum. Kebiasaannya saat menyembunyikan rasa senang dan malu yang sedang bercampur aduk.

"Aku ikut."

"Kau ikut?"

"Ya, aku ikut."

"Ya, umm, ayo!"

Hari itu Chrysa menghabiskan siang dan sore harinya bersama Cedric Diggory, berjalan-jalan melihat tempat yang ramai dengan orang-orang yang menantikan malam dimana final Piala Dunia Quidditch dimulai.

Chrysa menyukai hari-hari seperti ini.

Malamnya, setelah mendapatkan beberapa survenir, rombongan keluarga Weasley menuju ke pertandingan.

Saat di Top Box di stadion Piala Dunia, Harry bertemu Winky si peri rumah. Teman Dobby, yang menyediakan tempat untuk Mr. Crouch (yang tidak pernah muncul).

Menteri sihir, Cornelius Fudge. Serta Lucius Malfoy dengan istri dan anaknya (meskipun keluarga Weasley dan Malfoy harus menahan diri untuk menghormati Fudge) juga ada di dalam kotak.

"Ah, Fudge." ucap Mr. Malfoy penuh wibawa.

"Apa kabar? Kurasa kau belum bertemu istriku, Narcissa. Dan putra kami, Draco." rombongan keluarga Weasley menatap tak senang ke arah keluarga Malfoy.

Apalagi Golden Trio, mereka sangat-sangat ingat akan semua ejekan yang pernah putra Lucius Malfoy itu katakan pada keduanya. Hanya karena Harry menolak berteman dengannya, Draco membully ketiganya sampai saat ini.

"Oh, halo, halo." ucap Cornelius Fudge membungkuk ke arah keluarga Malfoy.

"Dan izinkan aku untuk memperkenalkan Mr. Obalonks, Mr—yah dia Mentri Sihir Bulgaria. Dan—dia tak mengerti apa yang aku katakan, biarkan saja. Dan, yah! Kau sudah mengenal Arthur Weasley, kan?"

Suasana tiba-tiba menjadi seperti di film-film aksi, tegang. Chrysa melirik ke arah Draco yang tengah menyeringai padanya. Hampir meledak karena marah, tapi Fred memegang bahunya menenangkan.

"Astaga, Arthur!"

"Jual apa kau sampai bisa beli tiket boks utama? Rumahmu tak akan laku semahal ini."

Kini gantian Chrysa yang menenangkan Fred dengan memegang pergelangan tangannya, ucapan Lucius Malfoy benar-benar membuat keadaan memburuk. Tapi, Cornelius Fudge sepertinya tak mendengarkan dan berbicara dengan santainya.

"Lucius baru saja memberi sumbangan sangat besar untuk St. Mungo, rumah sakit untuk penyakit dan luka-luka sihir. Dia disini sebagai tamuku."

"Ah, ya... bagus sekali." ucap Mr. Weasley tak tulus.

Pandangan Mr. Malfoy beralih pada Hermione, bukan karena kepandaian atau kehebatan yang dimiliki Hermione. Tapi, karena status darah Hermione yang dianggap sangat rendah oleh keluarganya.

Hermione menatap balik Mr. Malfoy dengan berani, Hermione benar-benar benci orang-orang seperti keluarga Malfoy. Memandang status darah sebagai segalanya dan menganggap para muggle dan muggleborn adalah hal paling menjijikkan. Hermione benar-benar benci.

Mereka segera pergi dari sana, memilih menjauh daripada menghabiskan waktu berdebat dengan Malfoy.

"It's the Irish!"

"There's Troy!"

"And Mullet!"

"And Moran!"

Si Kembar Weasley sangat antusias, apalagi mengingat taruhan mereka dengan Ludo Bagman. Mereka sangat yakin kalau mereka akan memenangkan taruhan dengan Ludo Bagman.

"Ireland! Ireland! Ireland!"

Para penonton bersorak-sorai saat tujuh anggota tim dari Irlandia melesat cepat di udara.

"Here come the Bulgarians!"

Tim dari Bulgaria memasuki arena pertandingan, mereka melesat tak kalah cepat dari Irlandia di udara. Salah satu anggota tim Bulgaria yang paling mencolok, Viktor Krum melesat paling cepat dari yang lainnya.

"Who's that?"

"That, sis?! Is the best Seeker in the world!"

"Krum! Krum! Krum'' para penonton bersorak-sorai menyebut nama 'Krum'.

"Good evening!"

"As minister for Magic... it gives me great pleasure... to welcome each and every one of you... to the final of the 422nd Quidditch World Cup!"

Sorakan para penonton kembali terdengar menguasai stadion. Warna merah dan hijau sesuai warna baju kedua tim, bercampur di kursi penonton.

"Let's the match begin!''

.•♫•♬• Cedric Diggory •♬•♫•.

Cedric DiggoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang