BAB XIX

1K 152 1
                                    

.•♫•♬• Cedric Diggory •♬•♫•.

Karena hari ini hari sabtu, waktu pelajaran berakhir lebih awal dari hari-hari lain. Cedric memutuskan untuk mengajak Chrysa berkencan, seperti yang ia janjikan senin kemarin.

Ini adalah kencan pertama keduanya setelah memutuskan untuk berpacaran di malam hari Chrysa berulang tahun. Mereka memutuskan untuk bertemu di jembatan setelah pelajaran berakhir.

Karena ini November, Chrysa memakai baju berlengan panjang dengan bahan wol bewarna hitam, celana Jins, dan syal bewarna merah gelap dan hitam. Rambutnya ia gerai, dirinya tampak begitu sempurna diantara udara dingin yang menerpa.

Cedric terpana, saat gadisnya menoleh padanya dan tersenyum malu. Surai hitam dan kulit pucat, gadisnya benar-benar sempurna. Cedric tak akan berbohong.

"Hai, Ced!"

Cedric tertawa pelan mendengar sapan malu-malu yang keluar dari mulut gadisnya, lantas dia menggoda Chrysa. "Ced? Kenapa tidak panggil sayang saja?"

Dan, benar saja. Wajah Chrysa yang semula nya memang sudah merah karena dingin, semakin memerah setelah mendengar ucapan Cedric.

Chrysa dengan wajah memerah mencoba untuk menetralkan emosi wajahnya, menahan rasa geli yang tengah menggelitik di dalam perutnya.

"Mau ku pukul?"

Lagi, Cedric tertawa. Kapten Hufflepuff itu mengulurkan tangan kirinya pada Chrysa, menunggu sang gadis menerima uluran tangannya.

Chrysa menatap uluran tangan Cedric dengan wajah memerah kesal, lalu menaruh telapak tangan kanannya diatas telapak tangan kiri Cedric. Menautkan jari-jarinya di sela-sela jari Cedric.

Cedric tersenyum, lalu menarik pelan Chrysa dan mulai berjalan. "Ayo!"

Hari ini mereka berkencan di Hogsmeade dengan perasaan bahagia, tanpa peduli saat mereka menjadi pusat atensi. Mereka pergi ke Honeyduske sebagai tujuan pertama.

Toko manis sihir yang terletak di High Street ini sangat ramai dikunjungi dan mereka—Cedric dan Chrysa—hampir tak bisa bergerak karena banyaknya pengunjung.

Tapi, pada akhirnya dengan usaha keras, tujuan mereka tercapai. Mereka berhasil mendapatkan beberapa manisan paling lezat yang bisa mereka bayangkan.

Lalu, mendatangi toko teh Madam Puddifoot. Toko teh kecil yang terletak di pinggir jalan dari High Street di Desa Hogsmeade, dimiliki oleh Madam Puddifoot. Sangat populer di kalangan siswa Hogwarts dan menyajikan berbagai jenis minuman.

Chrysa tahu tempat ini, dari Florence. Tanpa pernah benar-benar mendatanginya dan masuk, ini pertama kalinya dia masuk toko teh ini. Dan dia sudah merasakan ketidaksukaannya pada tempat ini.

Dekorasinya sangat norak, berenda, ditutupi busur, dan sempit. Jendela-jendelanya menguap dan meja serta kursi yang mencolok semuanya diklaim oleh para remaja yang berpegangan tangan atau berciuman di atas cangkir teh dan kopi. Bel di atas pintu mengumumkan pelanggan dengan denting merdu.

Meja bundar dihiasi dengan serbet berenda dan mangkuk gula cina dan memenuhi toko kecil sampai-sampai Madam Puddifoot mengalami kesulitan besar dalam bergerak di antara meja untuk melayani pasangan.

Sementara Cedric menganggap tempat itu bagus, Chrysa tidak menyukai penampilan atau suasananya. Dan pemandangan pasangan yang begitu akrab satu sama lain membuatnya merasa semakin tidak nyaman.

Tapi, begitu melihat wajah antusias Cedric. Chrysa luluh, setidaknya hari ini kencan mereka harus lancar walaupun dia tak begitu menyukai tempat ini.

Mereka mengambil tempat di salah satu meja yang berada dekat dengan jendela. Cedric dan Chrysa bisa melihat dengan jelas suasana di luar yang dingin karena ini bulan November. Dan Chrysa bisa mengambil sisi positif dari toko teh ini, yaitu kehangatannya.

Cedric terus menatap wajah Chrysa, begitu senang karena ini kencan pertama mereka. Sedangkan Chrysa berusaha menahan rasa gugupnya yang terlalu berlebihan dan rasa tidak kesukaannya pada tempat ini.

Sampai Madam Puddifoot datang ke meja mereka, "Apa yang bisa kuberikan untukmu, sayangku?" ucap Madam Puddifoot ramah.

Madam Puddifoot adalah wanita yang sangat gemuk dengan mata coklat dan sanggul hitam mengkilat. Kendati begitu dia ramah atau suasana hatinya saja yang sedang bagus.

"Tolong teh satu dan... Chrysa kau ingin apa?"

Chrysa tersenyum canggung, menghentikan pikirannya yang sedang mengomentari penampilan Madam Puddifoot.

"Kopi... Yang biasa."

Madam Puddifoot mengangguk paham, lalu berjalan menjauh dari meja Chrysa dan Cedric. Sementara Cedric sadar akan tingkah Chrysa yang sangat jelas mengatakan kalau gadis itu sedang gugup. Mencoba menenangkan gadisnya dengan menggenggam tangannya.

"Gugup?"

Chrysa tersenyum malu, wajahnya memerah. Padahal dalam toko teh itu tidak dingin, maupun panas. Wajahnya benar-benar tak bisa berbohong, dia terlalu lugu.

"Ini kencan pertamaku." gumam Chrysa.

Cedric tersenyum, Chrysa tak melihatnya karena dia sedang menundukkan kepalanya karena malu. Cedric ingin tertawa, sungguh. Gadisnya benar-benar menggemaskan walau hanya diam.

"Ini juga pertama kalinya untukku... Mau tahu satu rahasia yang membuat ku tidak gugup?"

Chrysa mendongakkan kepalanya, menatap antusias Cedric yang tengah tersenyum padanya. Cedric mencondongkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke arah telinga sangat gadis.

Chrysa pikir Cedric akan berbisik dan memberitahu rahasia agar tak gugup di kencan pertama padanya. Tapi, yang dia dapat adalah kecupan manis di pipinya.

Chrysa diam, mematung. Mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Sampai Madam Puddifoot datang membawa nampan berisi pesanan keduanya. Hal yang membuat Chrysa kembali pada alam sadarnya.

Chrysa dengan gugup tersenyum pada Madam Puddifoot dan menghindari bertatapan dengan Cedric. Bahkan setelah Madam Puddifoot berjalan menjauh dari meja keduanya.

Chrysa terlalu gugup untuk memulai pembicaraan dan Cedric terus-terusan memandangnya. Chrysa yakin Cedric menatapnya penuh dengan kelembutan, tapi dia malu.

Chrysa secara reflek mengambil cangkir kopinya dan meminumnya sebagai bentuk upaya untuk menutupi kegugupannya. Tapi, sayangnya kopi yang dia minum masih panas.

Sangat panas.

.•♫•♬• Cedric Diggory •♬•♫•.

Cedric DiggoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang