10. DEBARAN TAK BIASA

16 4 0
                                    

Lantas, saat aku mengikuti keinginannya apakah itu sebuah pengorbanan? Mengorbankan perasaan yang tak pernah terbalaskan.

-Gilang.

💔💔

"Kiara cantik ya," ujar Adit.

Gilang tersedak minumannya. Sepertinya, ini tanda-tanda bahwa Adit mulai menyukai Kiara.

"Lo kenapa bro?" Tanya Adit khawatir.

"Gak pa-pa. Tadi, lo ngomong apa?"

"Kiara, adik kelas kita. Cantik, baik, ramah lagi,"

"Lo suka?" Tanya Gilang.

"Ayolah bro. Buka mata lo, jangan mikirin Kania mulu. Dunia ini luas, cewek masih banyak. Soal Kiara, banyak anak tongkrongan kita yang suka sama dia," jelas Adit.

Gilang seolah menemukan jalan. Jika Kiara bisa mencintai Adit dan bahagia bersama, maka ia tak perlu repot-repot untuk berpura-pura mencintai Kiara.

"Gue tahu banget lo gampang bosen. Kalau semisalnya lo sama Kiara jadi, apa hubungan itu bisa bertahan lama?" Tanya Gilang memastikan.

"Kalau bosen ya putus," jawabnya enteng.

Gilang menghembuskan nafasnya kasar. Bagaimana, jika mereka putus saat Kania tengah menyakinkan Kevin? Rencana sahabatnya itu tak akan berhasil. Sepertinya, tetap ia yang harus melakukannya.

"Gue suka sama Kiara," celetuk Gilang.

Adit yang tengah meneguk minumannya tersedak. Seperti Gilang tadi, ia merespon cepat perkataan Gilang.

"Sejak kapan? Lo mau saingan sama gue?" Tanya Adit.

"Kita bersaing sehat aja. Tergantung Kiara milih siapa," jawab Gilang.

"Ok, siapa takut!" Balas Adit.

💔💔

"Ngabisin uang lagi? Nyari uang di otak kamu semudah itu?" Sindir Arda.

"Apa sih, yah?!" Balas Gilang.

"Ayah mengecek pengeluaran kamu dan Ana. Hasilnya, kamu memakai uang lebih. Buat apa? Nongkrong gak jelas?"

Gilang menggeleng, "Ada keperluan," jawabnya ketus.

"Keperluan apa? Dari alat sekolah, seragam, bayaran bulanan. Semua, sudah ayah tanggung!"

"Ayah merasa memenuhi semua keinginan Gilang?" Tanyanya dengan sorot mata yang tajam.

"Jelas. Apa yang kurang dari ayah?"

Gilang meremehkan perkataan ayahnya, "Apakah kasih sayang dan kehangatan keluarga ini sudah ayah berikan buat Gilang?"

Ana yang mendengar suara ribut antara Gilang dengan ayahnya bersembunyi. Ia tak mau gegabah masuk dan menyebabkan kemurkaan Gilang semakin menjadi kala melihatnya.

"Berani kamu ngomong kayak gitu sama ayah?" Tantang Arda dengan mata yang menatapnya tajam.

"Oh, jelas! Gilang berani. Sedari kecil, Gilang lihat mamah setiap hari nangis. Tapi, ayah gimana? Ayah cuman mikirin cewek penggoda itu! Sampai, ayah bawa anak haram itu kerumah kita!"

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang