11. TEMPAT SINGGAH

23 5 0
                                    

Aku tak punya arah saat mental ini melemah. Aku tak punya rumah, bahkan tak ada yang siap untuk sekedar singgah. Dan, hanya ia satu-satunya yang datang dengan ramah.

-Gilang.

💔💔

Gilang tak mengerti bagaimana bisa ia langsung menjadikan Kiara opsi kedua setelah Kania tak bisa ia hubungi.

Ia mengirimkan pesan singkat pada Kiara, meski tak berharap besar pada gadis itu. Namun, nyatanya gadis itu datang bahkan bersedia mengobatinya.

"Kak?" Kiara menepuk pelan bahu lelaki itu memastikan.

Gilang memperhatikan wajah khawatir itu. Kiara menelitinya, entah mengapa ada rasa ingin meminta sedikit ketenangan pada mata teduh gadis itu.

"Kakak kenapa?" Panik Kiara.

Tanpa kata, Gilang langsung memeluknya erat. Kiara terkejut, ia tak membalas pelukan itu. Jantungnya mulai berdebar tak karuan.

Gilang sedikit kecewa, pelukannya tak dibalas. Namun, ia merasakan jantung gadis itu berdetak lebih cepat. Apakah Kiara gugup?

"Ki-kita obati dulu," gugup Kiara, Gilang hanya mengangguk.

Berakhir lah mereka di sebuah warung. Untungnya, warung itu menjual kapas dan obat antiseptik. Bahkan, dengan cuma-cuma pemilik warung itu memberikan es.

"Kakak tauran?" Tanya Kiara. Lebih tepatnya, dugaan buruknya.

Gilang menggeleng.

"Ya ampun, gimana bisa ini? Tadi 'kan kakak baik-baik aja?"

"Gue gak tahu ceritanya dari mana. Yang pasti, gue butuh teman," ujarnya.

Kiara tersenyum, "Gue mau kok jadi temen kakak,"

Gilang terpaku. Apakah bisa ia mempercayai Kiara?

"Lo tahu info kos atau kontrakan gak?" Tanya Gilang.

Kiara nampak berpikir, "Kayaknya, di dekat komplek perumahan gue ada deh kak. Lumayan enak juga tempatnya,"

"Besok anterin gue. Bisa?"

Kiara mengangguk, "Bisa. Emangnya buat siapa kak?"

"Buat gue,"

"Kenapa?" Tanya Kiara

Gilang balik bertanya, "Apanya?"

"Kenapa mau nge kos?"

"Mau aja,"

Kiara mengangguk. Sebaiknya, ia tak banyak bicara. Hak apa dia mempertanyakan semua itu?.

"Oh ok,"

Kiara mengambil sesuatu di saku celananya. Hal itu, tak luput dari perhatian Gilang.

"Lo bawa sapu tangan?" Tanya Gilang.

Pikiran negatifnya melayang. Apakah Kiara sudah tahu masalah ini dari Ana? Jika benar, pantas saja gadis itu bersedia datang menemuinya.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang