- juusan - okay -

2.1K 321 9
                                    

"Haruto!"

"Yedam hyung? Kau sadar?"

Haruto tersentak kaget saat Yedam tiba-tiba meneriaki namanya. Dirinya yang sedang diam memainkan jemari Yedam random, otomatis menoleh.

Mereka sedang di ruang kesehatan di pra-sekolah Hikaru. Setelah Yedam pingsan tadi, Haruto dengan sigap membawa Yedam ke ruang kesehatan. Asahi yang memang punya ilmu kesehatan juga sudah memeriksa Yedam. Namja Bang itu terlalu memaksa kerja otaknya.

Dan Haruto yakin, Yedam memaksa mengingat sesuatu.

Hikaru,Yuri,dan Zutto juga ribut tadi ingin ada bersama Yedam. Terimakasih pada Asahi yang dengan ketegasannya menyuruh anak-anak itu keluar. Yedam butuh cukup ruang untuk menghirup oksigen.

Yedam yang melihat Haruto mencondongkan tubuhnya mendekati Yedam, pun beranjak dari berbaringnya.

Grep

"Aku takut.."

Dan memeluk leher Haruto dengan air mata yang perlahan jatuh dari mata indahnya. Haruto kembali terkejut. Ia bingung harus bereaksi bagaimana.

"Aku takut.. Sungguh.." lirih Yedam lagi.

Haruto menghela napasnya. Ia membalas pelukan Yedam dan mengelus belakang kepala serta punggung Yedam. Bibirnya bergerak membisikkan kalimat kalimat penenang untuk Yedam.

Begitulah yang terjadi di ruang kesehatan hingga beberapa menit berikutnya. Sebelum sebuah suara menginstrupsi mereka.

"Papa papa."

"Ssstt Hikaru, papa lagi nemenin mama sebentar."

"Aaa papa!"

Haruto dan Yedam melepas pelukan mereka saat suara Hikaru menyapa telinga mereka. Mereka menoleh ke pintu dan melihat Hikaru yang berlari dengan kaki mungilnya. Tak lama, bunda Haruto juga muncul dari belakang Hikaru dan mengangkat anak itu.

"Grandma bilang, papa lagi nemenin mama."

Yedam langsung menghapus air matanya. Hidungnya agak memerah dan masih ada isakan kecil tersisa.

Hikaru merentangkan tangannya pada Haruto. Mengode papanya itu untuk melepaskan Hikaru dari gendongan grandmanya. Haruto jelas paham. Ia beranjak dari duduknya dan mengambil alih Hikaru dari sang bunda.

"Yedam baik-baik saja?" tanya bundanya berbisik saat Haruto mengambil Hikaru.

"Ku rasa begitu," jawab Haruto singkat.

Bundanya pun tersenyum. Ia menepuk pelan bahu Haruto dan kemudian pamit keluar.

"Kenapa Hikaru cari papa?"

"Mama nangis?"

Bukannya menjawab pertanyaan Haruto, Hikaru justru bertanya balik saat netra anak itu tak sengaja melihat Yedam yang tengah menghapus air matanya.

Haruto pun kembali mendekati ranjang Yedam dan duduk di kursinya setelah menurunkan Hikaru di ranjang. Anak itu bergerak memeluk Yedam. Yedam yang agak terkejut segera mengatur sikapnya. Ia membawa Hikaru duduk di pangkuannya dan membalas pelukan Hikaru dengan erat.

"Mama kenapa?" tanya Hikaru lagi.

Yedam menggeleng. "Mama baik-baik saja kok."

"Tapi kenapa nangis?"

Haruto terkekeh. Okay. Hikaru menurun sifatnya yang tak percaya pada perkataan Yedam ketika kenyataannya kondisi Yedam tak sesuai perkataan Yedam.

"Ah, mama hanya- merasa takut tadi. Jangan khawatir, ne."

•Young• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang