- ree - hikaru -

5.5K 476 26
                                    

Klek

"Masak masak.."

Seorang wanita yang sudah memiliki anak itu tersenyum sembari mulai mengambil bahan masakannya dari rak dapur dan kulkas setelah menyalakan kompor. Memanaskan air. Kedua belah bibir beliau menyenandungkan lagu yang akhir-akhir ini sering beliau dengar.

"Tadaima (aku kembali/pulang)."

Sampai suara seseorang membuat beliau menghentikan kegiatannya sejenak. Berbalik dan menatap anak semata wayang beliau yang tengah berjalan masuk ke dapur. Tujuannya adalah kulkas dan sebotol air putih dingin.

"Bunda masak apa?" tanyanya.

Wanita tadi tersenyum penuh arti.

"Tebak dong. Tebak,"

Sebelah alis anak beliau terangkat. Ia menaruh kembali botol tadi ke dalam kulkas. Berjalan mendekati sang bunda yang kini kembali ke aktifitas beliau.

Ia menggerakkan netranya mengamati bahan makanan yang ada di hadapannya. Berusaha menebak apa yang bundanya masak.

Tapi memang dasarnya, ia tak paham bahan mentah masakan- ya- dia give up menebak.

"Haruto gak tau. Bunda kan tau Haruto gak pinter tentang dapur,"

Bunda dari namja bernama Haruto itu menggeleng.

"Dasar niih anak satu. Udah besar, gak mau belajar dapur?" Haruto menggeleng.

"Bunda masak makanan kesuka-"

"Paa~"

Atensi kedua orang yang tengah mengobrol di dapur, teralihkan oleh sebuah suara yang nyaring. Mereka menoleh dan mendapati seorang anak kecil berusia sekitar setahun berjalan cepat dengan kaki kaki mungilnya.

Haruto yang takut jika anak kecil itu jatuh, pun segera menaruh tas yang sedari tadi menggantung di sebelah bahunya ke meja makan. Ia mendekati anak itu dan mengangkatnya.

"Aduh Hikaru jangan kamu gendong mulu dong. Dia mau belajar lari itu,"

Haruto menatap ayahnya yang sedari tadi mengekor anak bernama Hikaru tadi.

"Kan masih bayi," ujar Haruto yang tak setuju jika Hikaru belajar lari diusianya sekarang.

Bunda Haruto tertawa, pun ayah Haruto. Mereka teringat masa lalu. Saat Haruto yang juga seusia Hikaru sedang diajari lari oleh bundanya dan kemudian ayah Haruto tak membiarkannya karena takut Haruto akan jatuh dan terluka.

Ayah dan anak memang tidak ada bedanya ya. Pepatah tua yang menyebutkan 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya' itu benar adanya.

Haruto memandang heran pada kedua orang tuanya yang tengah tertawa. Ia tak tau di mana letak kelucuannya.

"Justru karena Hikaru masih kecil. Lucu liat anak kecil lari-lari di-"

"Ya gak sekarang juga, yah," kesal Haruto.

"Aduh aduh. Padahal dulu kamu seumuran Hikaru juga udah bunda ajarin lari," sahut bunda Haruto.

Haruto sih tidak peduli. Yang jelas, ia tak mau anaknya, Hikaru, jatuh dan membuat kulit mulus Hikaru ada luka.

Cup

"Hikaru kangen papa gak?" tanyanya pada anak yang ada di gendongannya.

Hikaru tersenyum manis. Ia lalu memeluk leher Haruto. Itu kegiatan favoritnya saat berada di gendongan Haruto. Entahlah. Jika Hikaru bisa bicara jelas, dia akan menjawab- nyaman.

"Ah ya, gimana kuliah kamu?"

Haruto menggoyangkan badannya ke kanan dan ke kiri pelan, seperti menimang, dan kemudian menjawab pertanyaan sang ayah.

"Biasa aja,"

Bunda Haruto yang kini kembali sibuk dengan kegiatan beliau pun ikut menyahuti.

"Ayah mah. Pertanyaannya kayak Haruto masih pertama masuk kuliah aja,"

"Loh, bener kan? Baru masuk kuliah semester dua maksud ayah," sahut sang ayah yang tak ingin kalah.

Haruto memutar bola matanya jengah. Bundanya hanya menggeleng saja. Tidak paham dengan jalan pikiran suami beliau.

Merasa tak ada obrolan lain, Haruto segera meraih tasnya lagi dan membawanya ke kamar. Dengan Hikaru di gendongnya juga tentu saja.

Pergi tanpa tau kedua orang tuanya memperharikan punggung Haruto yang menjauh.

Ayah Haruto menghembuskan napasnya pelan. Beliau mengambil gelas di meja dan menuangkan air kedalamnya.

"Haah.. Semoga dia menemukan kebahagiaannya ya.."

Mendengar perkataan sang istri, ayah Haruto mengangguk. Beliau meneguk air yang beliau tuang tadi.

"Hikaru itu satu keping kebahagiaan Haruto sekarang. Dia butuh kepingan lain untuk melengkapinya," ujar beliau yang diangguki setuju oleh bunda Haruto.

Yah, mari lihat. Apakah takdir baik ada di bahu Haruto atau tidak untuk kedepannya dan untuk kebahagiaan Haruto di waktu waktu ke depan.















 Apakah takdir baik ada di bahu Haruto atau tidak untuk kedepannya dan untuk kebahagiaan Haruto di waktu waktu ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coming soon.
현재.

•Young• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang