- nana - ready -

2.1K 368 41
                                    

"Pulang lah," pinta Haruto saat dirinya dan Yedam sampai di parkiran.

"Kenapa?"

Suara Yedam membuat langkah Haruto yang hendak menuju pintu mobil, terhenti.

"Kenapa membawa ku pergi dari aula?" tanya Yedam.

Haruto terdiam sejenak. Bingung harus bicara bagaimana. Satu-satunya tujuan Haruto membawa pergi Yedam dari aula adalah karena ia tak mau Yedam tau apapun tentang dirinya dan Haruto yang pasti belum Yedam ingat.

Jujur saja, jika boleh, Haruto justru berharap Yedam tak mengingat apapun tentang dirinya dan hubungan keduanya yang pernah terjalin di masa lampau.

"Kau tau kalau aku amnesia kan?" tebak Yedam. "Makanya kau membawaku pergi karena tak ingin diriku mengingat apapun dari kalimat yang orang-orang di dalam lontarkan tentang hubungan diantara- kita- kan?"

Kedua tangan Haruto terkepal di sisi tubuhnya. Sepertinya, amnesia Yedam tidak berpengaruh pada kepintaran dan kecerdikan namja itu.

"Kalau iya kenapa?"

Yedam tersenyum sedih.

"Kalau begitu, beritahu aku alasanmu tak membiarkan ku ingat tentang 'kita'."

Haruto menghembuskan napasnya pelan.

"Fine. Karena aku tak mau kau membenci ku, bahkan jika aku siap dengan itu. Puas?"

Sebelah alis Yedam terangkat. "Memang atas dasar apa aku membencimu?"

Haruto terdiam sejenak.

"Karena aku termasuk daftar orang paling brengsek yang pernah kau temui. Dan ya- apapun alasan dibalik itu, aku takkan pernah membiarkan kau tau kebenarannya."

Kedua alis Yedam bertaut. Sepertinya, mendapatkan informasi dari Haruto untuk mengembalikan ingatannya sangat sulit.

Mereka lalu terdiam beberapa saat. Sampai suara tangisan yang Haruto dan Yedam kenal terdengar.

Haruto segera berjalan memutar ke sisi mobil lainnya. Membuka pintu di bangku penumpang. Dan benar saja. Hikaru menangis.

Dengan cekatan, Haruto melepas belt yang anak itu kenakan dan menggendongnya keluar dari mobil. Mendekap anak itu dan meminta maaf karena sepertinya Haruto terlalu lama meninggalkan Hikaru di dalam mobil sendirian.

Anak itu berkeringat. Tapi seperti nya bukan  karena keadaan mobil yang tak ber-AC selama beberapa saat tadi.

"Hikaru mimpi buruk, ne? Ssstt.. Bangun dong,"

Berbeda dengan Haruto yang sedang mencoba menenangkan Hikaru, di sisi lain, Yedam melihat interaksi ayah dan anak itu. Ada pikiran aneh yang datang hinggap.

Yedam terpikirkan kata-kata orang bernama Jungwon tadi. Tentang Haruto yang mungkin punya anak.

Apa maksudnya adalah Hikaru? Jika Hikaru benar-benar anak Haruto- siapa yang melahirkan anak itu? Apa Jungwon benar tentang Haruto yang menemukan sosok lain yang dicintainya?

Hey, kenapa hatinya mendadak terasa sakit memikirkan hal itu? Sebenarnya apa hubungannya dengan Haruto di masa lalu? Benar- sepasang kekasih?

Semua pikiran itu tersingkirkan saat suara tangisan Hikaru yang lebih kencang tertangkap indra pendengarnya. Ia memperhatikan Haruto yang terlihat mulai kewalahan menenangkan Hikaru.

Yedam lalu melangkahkan kakinya mendekati Haruto. Tanpa berbicara apapun, ia mengulurkan kedua tangannya untuk mengambil alih Hikaru dari gendongan Haruto.

Haruto tak menolak. Ia membiarkan Yedam mengambil Hikaru dan bergerak menenangkan pangeran kecilnya. Ia hanya melihat keduanya dalam diam.

'Apa ini- yang namanya ikatan batin antara anak dan orang yang melahirkannya?' batinnya bertanya.

•Young• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang