"Dor! Pagi ice prince!"
Haruto berdecak. Ia membenarkan tasnya yang hampir jatuh karena orang yang tiba-tiba datang dan dengan asal mendorong sebelah bahunya yang ia gunakan untuk menggantungkan tasnya.
"Yaelah. Masih pagi, To. Mukanya jutek amat sih. Udah sarapan?"
Haruto tak menggubrisnya. Ia memilih terus berjalan dengan orang cerewet yang ramah senyum tapi gampang malu di depan umum, menuju kelas.
Agak menyesal dirinya memilih jadwal kuliah yang sama dengan kawan seperjuangannya ini. Jika bukan karena dirinya ingin menyesuaikan jadwal kerja orang tuanya, Haruto tidak sudi satu jadwal dengan kawannya.
Yah- bagaimana lagi. Demi main dengan Hikaru.
"Pagi, Ruto hyung, Jeongwoo hyung!"
Haruto dan namja bernama Jeongwoo itu menghentikan langkah mereka kala suara yang mereka kenal menyapa.
Jeongwoo melambaikan tangannya pada orang itu. Beda dengan Haruto yang hanya menatap orang itu.
"Pagi juga, Junghwanie!"
"Muka Ruto hyung gitu banget sih. Heran. Smile dong. You're prettier when you smile!" seru Junghwan yang jengah jika setiap kali bertemu Haruto muka namja Jepang itu selalu expressionless.
Jeongwoo mengibaskan tangannya di depan wajahnya.
"Udah biasa udah. Gak usah kamu komen gitu. Gak ngaruh. Sampai satu dunia maksa di senyum, gak bakal ngaruh udah,"
Junghwan tertawa mendengarnya.
"Eh- kecuali si doi,"
"CIAAAH" kompak Jeongwoo dan Junghwan.
Haruto memutar bola matanya malas. Ia menggeleng, tak paham dengan sikap kedua temannya. Eh- yang satu adik tingkat deng.
Ia lalu memilih berjalan lebih dulu. Meninggalkan dua orang yang masih saling mengoceh itu.
Haruto heran. Kenapa ia bisa berteman dengan orang yang sifatnya berlawanan dengannya? Jeongwoo dan Junghwan cerewet juga ramah senyum, tapi Haruto pendiam tak suka banyak bicara dan irit ekspresi.
Setidaknya itu di depan umum. Di depan Hikaru, Haruto itu sosok yang cukup menyenangkan meski level cerewetnya masih jauh dibawah Jeongwoo. Yang jelas, Haruto bisa auto senyum jika Hikaru senyum.
Yaps. Hanya Hikaru.
× × ×
Klek
"Udah semua?"
"Udah,"
"Ayah sama bunda beneran ke Jepang?" tanya Haruto memastikan.
Dirinya baru kembali sore tadi dan mendapati kedua orang tuanya yang tengah mengepak barang saat ia melewati kamar mereka.
Haruto ingat, kemarin malam, bundanya bilang bahwa kakeknya masuk rumah sakit. Dan bibinya di Jepang perlu bantuan kedua orang tuanya. Jadi- mau tidak mau- Haruto harus tinggal seorang diri dengan Hikaru selama beberapa waktu ke depan.
Haruto lalu melangkahkan kakinya masuk ke kamar orang tuanya.
"Gomen ya Haruto. Semoga kakekmu nanti segera pulih dan kami bisa pulang secepatnya," ujar bunda Haruto meminta maaf karena tak enak jika harus meninggalkan putranya.
Terlebih, Haruto pasti akan jadi sering makan junk food nanti.
"Iie, daijoubu. (tidak, tak apa apa)"
KAMU SEDANG MEMBACA
•Young• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
Fanfic"Pa, Hikaru mau mama." . . . ➷ - b×b - misgendering - bhs semi baku