17: Let Him Speak

135 22 2
                                    

"Jeongwoo tidur di kamar hyung saja. Biar Haruto dan hyung tidur di kamarmu," ucap Hyeonwoo kepada sang adik. Hyeonwoo sangat menyayangi Jeongwoo, sehingga ia sangat menjaga dengan baik perasaan Jeongwoo.

Jeongwoo menggelengkan kepala. "Tidak apa, hyung. Biar aku dan Haruto tidur di kamar Jeongwoo," ucap Jeongwoo.

Jeongwoo pun masuk ke dalam kamar, dimana Haruto mengikutinya dari belakang.

Haruto melihat sekeliling kamar. Tidak ada yang berubah sama sekali disini, batin Haruto. Ia juga melihat kasur yang biasa ditidurinya masih berada di kamar tersebut.

Haruto duduk di atas kasurnya sambil memegang sprei kasur dengan lembut. Aku merindukan tempat ini, batin Haruto.

Jeongwoo yang melihat Haruto menatap kasurnya dengan pandangan kosong, lantas memposisikan diri duduk di sampingnya.

"Hari ini─ terima kasih sudah menemaniku menemui Sarang," ucap Jeongwoo sambil memainkan kakinya asal.

"Anak kecil itu─ alasanmu untuk kembali?" ucap Haruto.

Jeongwoo mengangguk mantap, "Bisa dibilang seperti itu."

"Aku akan ikut berdoa supaya dia segera sembuh," ucap Haruto.

Jeongwoo kemudian menatap Haruto.

"Bisakah kamu ceritakan padaku semua yang kamu dan eomma sembunyikan?" pinta Jeongwoo.

Haruto kembali menatap Jeongwoo.

"Aku sangat membencimu, tetapi aku ingin tahu mengapa eomma bisa memaafkanmu," ucap Jeongwoo.

"Appasaat itu meninggal dunia bersama ibu kandungku ketika kami jalan-jalan bersama. Kami terkena tabrak lari," ucap Haruto.

Jeongwoo tetap menyimak tanpa berniat menginterupsi.

"Berita mengenai ibu kandungku yang melakukan hubungan terlarang dengan appa sudah menyebar. Setiap orang yang melayat mencibirku dengan mengatakan bahwa nasib burukku adalah karma yang harus ditanggung akibat perbuatan orang tuaku. Aku tidak bisa protes karena memang itu kenyataannya," ucap Haruto.

Hati kecil Jeongwoo mulai sakit mendengarnya. Bagaimanapun Haruto pernah mengisi harinya sebagai saudara, sehingga melihatnya menderita juga membuat Jeongwoo tersiksa.

"Belum cukup sampai disitu. Seluruh keluarga ibu kandungku dan keluarga appa tidak sudi menerima kehadiranku. Mereka akhirnya sepakat untuk menitipkan─ mungkin bisa dibilang membuangku ke panti asuhan," ucap Haruto.

"Sesampainya di panti, semua anak panti juga mencibirku. Mereka mencuri dengar pembicaraan ibu panti dan keluarga besarku yang sengaja membuangku ke panti. Sejujurnya, aku selalu merindukan kalian setiap kali mereka mengolok-olokku," lanjut Haruto.

Secara tiba-tiba, Jeongwoo merangkul Haruto sambil berucap, "Aku melakukan ini sebagai member Treasure yang ikut prihatin, jadi jangan pikir kisah sedihmu ini akan langsung meluluhkan hatiku."

Karena kamar sang anak yang belum tertutup, Ibu Jeongwoo menangkap momen Jeongwoo dan Haruto. Jeongwoo memang memiliki hati yang lembut, batin sang ibu sambil menutup pelan pintu kamar anaknya.

Haruto hanya tersenyum, karena tulus atau tidak Haruto tetap bersyukur Jeongwoo mau untuk menghiburnya.

"Lalu bagaimana dengan eomma?" tanya Jeongwoo setelah melepaskan pelukannya ke Haruto.

"Sejujurnya aku baru mengetahui eomma masih peduli padaku setelah mendengar cerita dari ayah dan ibuku sekarang," ucap Haruto.

"Eomma─ tidak tega melihat kondisiku sehingga ia menghubungi kenalannya untuk mencarikan keluarga yang memang menginginkan seorang putra. Tidak sampai disitu, setelah tahu aku diangkat keluarga Watanabe, eomma juga diam-diam menghubungi ayah dan ibuku sekarang untuk memberitahu apa saja makanan yang kusuka, yang tidak kusuka bahkan segala kebiasaanku," ucap Haruto.

"Padahal dulu eomma yang sangat bersikeras untuk mengeluarkanmu dari rumah," ucap Jeongwoo lirih.

"Kamu benar, Jeongwoo. Ketika aku memiliki kesempatan untuk berbicara dengan eomma, ia mengatakan bahwa semua yang dilakukannya karena ia bertanggungjawab sebagai seseorang yang pernah menjadi eomma bagiku," ucap Haruto.

"Baiklah, aku sudah tahu semuanya. Kalau begitu kita istirahat saja," ucap Jeongwoo sambil menepuk pundak Haruto sebelum ke tempat tidurnya.

Eomma─ kamu benar-benar luar biasa, batin Jeongwoo.

Eomma─ Jeongwoo dan Hyeonwoo benar-benar anak beruntung memilikimu, batin Haruto.

.

.

.

Jeongwoo yang terbangun dari tidurnya, tersentak karena tangan lembut yang membelai surainya.

"Eomma" ucap Jeongwoo sambil mengucek mata dan mengerjapkan matanya.

"Jeongwoo bukan bocah kecil lagi, eomma. Masa dibangunin kaya dulu, sih?" ucap Jeongwoo kemudian memposisikan diri duduk di atas tempat tidurnya.

"Jeongwoo─" ucap sang eomma tertahan.

Jeongwoo cukup heran kenapa eomma berwajah sendu di hari sepagi ini. Begitu juga dilihatnya Haruto dan Hyeonwoo hyung, yang juga berada di kamarnya dengan pandangan sedih.

"Wo, kami baru mendapat kabar. Sarang─ sudah keluar dari rumah sakit," ucap sang kakak,

"Dia sedang menuju ke rumah? Kalau begitu kita kunjungi lagi dia. Syukurlah, dia sudah sembuh," cerocos Jeongwoo mendengar kabar dari sang kakak.

"Maksud Hyeonwoo hyung bukan itu, Wo," ucap Haruto.

Jeongwoo menatap bingung ke mereka semua.

"Sarang─ meninggalkan dunia ini subuh tadi," ucap Haruto.

Jeongwoo tidak bisa berkata apa-apa. Ia─ tidak dapat mempercayai kenyataan ini.

"Benarkah?" ucap Jeongwoo sambil menatap eomma.

Eomma menganggukkan kepalanya, "Sekarang Sarang sedang dibawa ke pemakaman. Jeongwoo siap-siap ya, kita akan melepas kepergiaan Sarang bersama."

Jeongwoo lantas memeluk sang eomma.

Hyeonwoo dan Haruto juga menatap Jeongwoo dengan sedih. Dari gelagat Jeongwoo, mereka berdua paham betapa berartinya anak tersebut di hati Jeongwoo.

"Sekarang Jeongwoo ganti pakaian ya. Eomma siapkan makan, kamu makan meskipun sedikit saja," ucap eomma sambil menepuk lembuk punggung Jeongwoo.

Kenapa kenapa kamu merenggut nyawa anak sebaik Sarang, Tuhan, batin Jeongwoo.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Next Chapter:

"Sarang adalah anak istri saya dengan pria lain."

Give ForgivenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang