〔 Rain 〕

1K 191 7
                                    

「 °•°•❈•°•° 」

Persiapan hanya diberi kuda, manuver gear dan peta. Melewati dinding menjulang ke langit sampai di tempat yang ditetapkan.

Lelaki dengan berlabel bunga mawar merah dipunggung menggaruk kepala akan kebingung. Ia memang mendapatkan tentang pelatihan itu tapi, ia tak tau harus apa yang dilakukannya.

Sebelah tangan terkelap menepuk telapak tangan kirinya. "Yosh!" kini Hannes berkacak pinggang. "Kalian berdua berpatroli"

Kau masih diam seperti biasa begitu juga dengan Levi. Kau melewati lelaki berbau alkohol menyengatkan penciuman. "Teserah"

Levi menatap sebal kian menuruti perintah dengan setengah hati. "Cih" ia mengikuti langkah (y/n) pergi.

「 °•°•❈•°•° 」

Ia pertama kali kau menginjak kaki ke wilayah dinding maria. Kau jalan di depan Levi seakan tau harus pergi kemana. Levi menatap lekat punggungmu.

Levi angkat mulut tapi terkatup akan suara berisik dari kirinya. Kau menoleh pada gang yang tak sempit tapi jarang dilalui massa.

Tampak lelaki bersurai blode duduk disudut dengan ketakutan, sudut matanya tertahan akan liquid bening. Ia dikelilingi bocah yang memandangnya remeh.

Kian merasa jengkel, kau mengangkat kerah bocah berlagak bos. "Apa kalian sudah hebat?" katamu kasar.

"Bagaimana jika beradu dengan dia" Levi ikut angkat bicara.

Matamu beralih pada roti yang digenggam teman bocah sialan itu. Tak merasa kasih, kau lempar bocah tadi ke sisi kanan.

"Kalian hanya butuh rotinya kan? Bawalah dan pergi sekarang juga" kau menusuk tajam bocah yang kau lempar, menekat kata dibagian akhir.

Tiga bocah belagak preman lari tunggang-langgang tak berani menoleh ataupun berhenti.

"Roti.... ku" umpat bocah bersurai blonde.

Levi mendekat bocah yang masih ketakutan itu. "Siapa namamu?"

"Armin" ia mendongak pada Levi.

"Armin. Aku akan menggantikan rotimu. Tunjukan dimana tokonya" lanjut Levi.

Armin menggeleng lemah. "Tidak usah. Arigatou" tanpa sebab ia mengucapkan terimakasih.

"Tak perlu sungkan. Kau bisa minta lebih pada (y/n)" Levi berucap dengan mata melirik padamu.

"Sudah lah beritahu saja" kau mengambil tangan Armin agar bocah itu berdiri. "Jika uangku kurang Levi yang akan menambahin" katamu untuk Levi.

Mata malas lelaki itu melirik pada arah lain. "Terserah" ia tampak tak acuh.

「 °•°•❈•°•° 」

"Arigatou"
Suara nyaring si tukang roti terdengar menyaut dikala pintu toko tertutup bersama dentingan bel.

Armin mengembangkan senyum manisnya atas pemaksaan yang kau buat padanya. Sekali lagi ia berucap... "Arigatou" ..padamu.

Tapi yang menyautinya adalah Levi. "Tak masalah. Salahnya memberikan roti pada bocah sialan itu" matamu memicing tajam akan kalimat pedasnya.

"ARMIN!!" sautan melengking terdengar mendekat dari belakang tubuh.

Bocah netra emerland meremas bahu temannya dengan tatapan membelalak akan khawatir. "Kau baik saja, Armin?"

"Kau tidak terluka?" tanya dari si cewe yang ikutan dibelakang bocah netra hijau.

Yang ditanya menggeleng tidak. "Aku baik saja Eren, Mikasa" netra kristal bergilir memandang yang bernama Eren dan Mikasa. "Nee-san dan nii-san yang menolongku" kantung berisi roti diangkatnya sebagai bukti. "Mereka juga membelikan ku roti lebih banyak"

"Oi bocah" yang merasa terpanggil mendongak. "Jaga rotimu jangan sampai di curi lagi" ucapmu sebelum pergi.

「 °•°•❈•°•° 」

Waktu akhir dari tugas belum sampai. Kala tak tau berbuat apa kau dan Levi bergabut ria diatas tembok 50 meter tingginya.

Membiarkan anak rambut diterbangi angin dingin. Bola mata hitam sibuk akan langit mengabu pekat. "Tak buruk" guman Levi yang dapat kau dengar.

Kau duduk dipinggir dinding dengan mata yang memandang ke bawah. "Benarkan? Menurutku buruk" sautmu tanpa melihat Levi.

"Kau tinggal di tembok sina kan? Berarti kau orang penting?" Levi mendudukan diri disebelah mu.

"Tidak" kepalamu mendongak ke langit mendung. "Aku seorang kriminal sepertimu. Uang yang ku dapat bersama Rey ku bawa ke anak yang membutuhkan" lanjutmu. Levi berguman ria mendengar.

.

Ah~
Air menitik ke bawah. Telapak tanganmu menerima titisan air dari langit. Hujan.

Sruk!
Coat coklat menindih kepalamu. Mendongak pada si pelaku yang sudah bersiap pergi berteduh.

(y/n) tak berucap, si gadis melepas coat coklat miliknya. Kau tarik tangan Levi yang hendak pergi. Kau salimpangkan diatas kepalanya juga.

Levi membingung akan tindakan yang sama dengan ia lakukan kepada (y/n).

Kau menarik sudut coat di kepalamu. "Ayo pergi. Hujannya akan lama"

「 °•°•❈•°•° 」

Levi A.  ❛DoppelgängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang