「 °•°•❈•°•° 」
Sang surya sudah mulai naik dari ufuk timur. Gadis bersurai (h/c) masih berbalut selimut. Teman sekamarnya Isabel, sudah bersiap rapi dengan seragam seperti biasa.
Ia berdiri di sisi ranjang milik teman sekamarnya yang masih terlelap. Diguncangnya tubuh (y/n) untuk membangunkan pemilik mata (e/c).
"Ano... (y/n)?"
Nama yang dipanggil menggeram kesal kala tidur digangung. "Tch. Apa?" suara si gadis serak-serak mindeng.
"Ini sudah pagi. Tumben kau masih tertidur"
Mendudukan diri diatas kasur. Tangan menempel ke pelipis kala migrain mencuat.
"(y/n) apa kau sakit?" tanya Isabel yang memperhatikan wajah merah tak biasa dari temannya.
(y/n) melirik dari ekor mata. Tangannya berpindah ke kening mengecek suhu. "Aku baik saja"
"Masa sih? Aku akan bilang pada atas" Isabel melarikan kaki ke pintu kamar.
"Ku bilang aku baik!" yang dikhawatirkan membantah, spontan kaki berbalut sepatu bot coklat terhenti.
Kembali Isabel menoleh pada wajah indah temannya. "Wakatta, aku percaya. Kalau begitu aku duluan. Matta nee" Isabel berlalu meninggalkan temannya.
Keheningan bersamanya. Ntah bagaimana ia merasa letih ingin bergelud dengan ranjang. Sayang, tak bisa dilaksanakan.
Mata sayu memejam, helaan napas lolos dari bibir peach. Kaki tak beralas langsung menerjang lantai kayu. Waktunya bersiap seperti biasa, tentu dengan kerapian dan kebersihan yang sempurna.
「 °•°•❈•°•° 」
Setapak lagi dirinya sampai di ruang makan yang sudah ramai di isi. Sahabat seperjuang muncul ntah darimana memberi khawatiran yang meledak.
"Kau lama, (y/n)! Tak seperti biasanya. Kau tak keliaran malam kan"
Migrain mencuat mendengar kalimat khawatir Rey. Langsung kau lalu kan saja tubuh sahabatmu.
"Berisik. Aku tau menjaga diri"
.
Usai mengambil nampan sarapan seperti biasa. Kaki berjalan bersama insting yang tau dimana sahabatmu, Rey berada.
Gadis surai (h/c) berkucir kuda sudah yakin di sisi mejanya ada Rey. Memandangi wajah Rey, mata bergulir pada dua orang yang bisa dianggap seangkatan.
"Kenapa mereka ada disini?" Kau bertanya.
Rey yang mendengar sweatdrop. "Kau tidak menyadarinya?"
Manik hijau muda Isabel mendongak pada lelaki berpotong undercut yang mendekat meja.
"Oh aniki? Tumben lama"
Levi hanya menyimak Isabel, ia dudukan pantatnya di sebelah sahabat Rey, (y/n).
Farlan yang ada didepan Levi, menyodorkan cangkir berisi cairan hitam─teh hitam.
"Makasih" Levi menerima cangkir tersebut. Menyesap sejenak dengan gaya khasnya lalu memberi pada gadis di sebelah kanannya.
Si gadis menerima, menyesap cairan di dalam cangkir. Kegiatan konyol itu (?) Diperhatikan seksama oleh tiga sekawan dihadapan dua sejoli.
Rey menghadap kepala pada Farlan. "Kau suka teh hitam?"
Farlan menggeleng kepala. "Tidak. Tadi Levi menyuruh membuatnya"
Dibelakang kepala Farlan ada Isabel yang memicingkan netra hijau. Menoleh pada dua sejoli di sisi meja lain.
"Apa kalian tidak sadar? (y/n) ciuman tidak langsung dengan aniki"
Ucapan Isabel mengheningkan meja mereka. Rey dan Farlan saling memandang sebelum ikut mendangak pada dua insan.
"Apa itu penting?" (y/n) bersuara duluan.
Levi kembali menyesap cairan cangkir tadi. "Yang penting aku menikmati tehnya"
Tiga teman seangkatan mereka sweatdrop ria, dua orang itu pasti tak memperdulikannya.
Isabel bertanya menyadari sesuatu yang kurang. "Kau melupakan body harness mu, (y/n)?"
Sendok yang sudah masuk terhenti beraktivtas naik turun, mata bergulir pada tubuh sendiri. (y/n) melupakannya, ntah bagaimana ia bisa melupakannya.
"Tumben kau bisa lupa" Rey bersuara.
"Akan ku ambil nanti" (y/n) membalas.
「 °•°•❈•°•° 」
Usai memasang body harness, aku kembali berjalan melewati koridor menuju lapangan berada.
Seketika migrain di kepala ku kembali berdenyut. Pandangan ku mulai menyamar ntah bagaimana. Sebelah tangan bersender pada dinding koridor, satunya lagi memegang sisi kepala.
Deruh nafas ku terasa terburu-buru. Lututku jatuh ke lantai tak bisa menahan berat badan. Tangan ku terasa lemah begitu juga tubuhku, aku yakin setelah ini aku akan tumbang.
Brak!
Beberapa menit berlalu, dari persimpangan koridor mata elang abu gelap menangkap tubuh seseorang di lurusan lorong.
Jujur tubuhnya kini tak kuasa, ia juga kena migrain dan pandangannya terus memblur.
Nta kerasukan apa, Levi mengangkat tubuh (y/n) yang sudah tak sadarkan diri.
Brak!
「 °•°•❈•°•° 」
Rasanya diriku mulai membaik. Ku buka kelopak mata menangkap wajah tidur seseorang. Aku tau itu wajah Levi, tapi aku masih diam memandangi seraya mengumpul nyawa.
'Bagaimana bisa aku disini? Dan bagaimana bisa dia tidur satu tempat denganku?'
Persetanan dengan pertanyaan. Aku yakin ada alasan kenapa lelaki yang mirip dengan ku bisa berada disini.
"Kau sudah bangun?"
Itu suara Rey, aku tak sadar ia sudah masuk ke dalam ruang kesehatan. Ku toleh kepala pada wajah Rey.
"Apa yang terjadi?" tanya ku.
"Aku menemukan kau dan Levi di lorong, aku membawa kalian kesini. Setelah selesai mengkopres demam kau berpindah sendiri ke kasur Levi"
Aku diam akan penjelasannya yang terdengar panjang, tapi itu inti dari pertanyaanku.
Rey berkacak pinggang, ia mendengus kesal pada diriku. "Dasar! Kenapa kau tak katakan jika sakit!?"
"Aku tak merasa sakit"
「 °•°•❈•°•° 」
Makin ngawur, maap
KAMU SEDANG MEMBACA
Levi A. ❛Doppelgänger
Fanfiction·˚✎ ﹏ Levi Ackerman ❝Mereka tidak kembar hanya mirip❞ ↷ ⋯ ♡ᵎ┊D O P P E L G Ä N G E R ˎˊ˗ ✎... 12 February 2021 ✎... 23 April 2021 ⌢ : ♡ ⤹ ぃ ゚. ﹏ @Halu_Project . . . . . ©Marsruel . . . . . ©Hajime Isayama