29

26 8 0
                                    

[]


Di depannya, Dokyeom duduk tegap dengan tatapan yang masih sama seperti Dokyeom 7 tahun lalu. Cowok itu badannya sedikit berisi dan dagu lancipnya masih menjadi ciri khas pria berusia 26 tahun tersebut.

Sejak tadi belum ada pembicaraan yang berarti di antara keduanya. Bahkan semenjak Dokyeom menanyakan kabar padanya, Binnie hanya tersenyum tipis tanpa menjawab dengan satu dua kata. Gadis itu masih diliputi oleh keraguan, sehingga sekarang dia bahkan belum memulai apa pun.

Lima belas menit berlalu, pada akhirnya Dokyeom yang dikenal sebagai pria berisik yang tidak suka banyak diam pun membuka suaranya. "Ya, mau sampai kapan? Aku udah datang ke sini, tapi kamu.., tetap diam," cowok itu tertawa getir. Ingatannya jatuh pada pria Jeon yang sepertinya sekarang telah resmi menjadi kekasih temannya itu. Jungkook adalah pria yang begitu beruntung karena dapat menangkap Binnie dan mengajaknya keluar dari dunia gelapnya. Bahkan jika itu adalah Dokyeom, dia tidak akan sanggup untuk menarik Binnie keluar.

Dia terlalu pengecut untuk menjadi seorang pahlawan.

"Maaf," Binnie menunduk setelahnya. Gadis itu lantas menepuk kedua pipinya, kemudian dia kini memberanikan menatap sosok laki-laki di depannya. Dia sudah melatih ini beratus kali dan semuanya cukup berhasil untuk mengusir rasa gugup dan ketakutannya. Dia merasa, bahwa dia akan bisa untuk menceritakan masa lalunya lagi. Setidaknya dia ingin menghentikan rasa bersalah sahabatnya sejak 7 tahun lalu. Cowok ini tidak berhak meminta maf, karena sebetulnya Binnie lah si pengecut itu.

Bukan Dokyeom.

Maka gadis itu memberikan ponselnya, membiarkan Dokyeom membaca sepenggal jawaban yang selama ini menghantui malam-malam sepinya. Pria Lee itu awalnya terlihat tercengang selama membaca note yang berisi kisah Binnie--yang gadis itu siapkan selama 1 minggu sebelum pertemuannya dengan Dokyeom. Kisah itu diakhiri dengan kalimat dimana 'aku akhirnya memilih untuk tidak bersuara, karena mau bersuara atau tidak, semuanya akan sama saja'.

Cowok itu mendongak dari layar ponsel, dia tidak tahu harus merespon seperti apa. Dia tidak tahu, bahwa kematian Bibi--Ibu dari Binnie--begitu mengenaskan sampai membuat pria itu kehilangan kata-katanya. Selama ini Dokyeom berpikir kalau Bibi Aran meninggal akibat kecelakaan, semua guru mengatakan seperti itu. Tidak ada yang tahu kecelakaan seperti apa yang menimpa Ibu dari gadis Bae tersebut. Namun hari ini, Dokyeom menyesal karena dia tidak tahu apa pun.

Dia menyesal tidak berusaha untuk selalu bersama Binnie. Tidak peduli gadis itu memarahinya, memukulnya, apa pun itu. Seharusnya Dokyeom tahu  bahwa gadis di hadapannya ini begitu rapuh selama 7 tahun setelahnya.

"Kamu nggak perlu merasa bersalah," Binnie segera mengintrupsi laki-laki di hadapannya. Gadis itu begitu mengenal Dokyeom. Dia mudah sekali diliputi oleh rasa bersalah meskipun dia sadar bahwa itu tidak senuhnya salah miliknya. Meskipun mereka sudah lama tidak saling bertegur sapa atau mengobrol, Binnie masih kenal baik sahabatnya itu. Dokyeom yang sebenarnya cengeng, Dokyeom yang pedenya selangit, Dokyeom yang bawel. "Aku yang lebih banyak punya salah ke kamu, Dokkebi," entah mendapat keberanian darimana, Binnie tahu-tahu memanggil cowok ini Dokkebi. Dokkebi merupakan karakter novel fantasi yang mereka baca, karena perannya yang bawel dan terus memerintah manusia untuk melakukan sebuah misi, Binnie akhirnya memanggil Dokyeom dengan sebutan Dokkebi.

Awalnya Dokyeom tidak suka oleh panggilan baru itu, tetapi akhirnya cowok ini membiarkan Binnie memanggilnya apa pun.

Ketika akhirnya Jungkook datang--yang sebenarnya cowok itu sudah datang namun tidak masuk ke dalam kafe dan memilih mengintip di balik pohon yang ada di depan kafe. Cowok itu tersenyum lebar melihat dua orang yang dulu saling menghindar bagai kutub magnet yang sama itu akhirnya sudah berbaikan. Bahkan dengan jelas Jungkook dapat melihat senyum cerah Binnie karena sepertinya Dokyeom sedang melucu.

"Ah, hai Jungkook! Terima kasih waktunya. Maaf, ya, aku jadi berada di antara kalian berdua kayak gini," ujar Dokyeom ketika menyadari tepukan ringan di bahunya. Lalu cowok itu memperhatikan Jungkook yang mengambil duduk di samping Binnie. "Omong, omong. Aku sangat senang kalau kamu adalah kekasih Binnie. Setidaknya, bukan cuma aku saja yang bakal kena omelan Binnie. Gadis ini sebenarnya galak dan sedikit tomboi, tau!"

Lalu benar saja, tidak dalam lima detik. Tangan gadis itu dengan entengnya memukul kepala cowok itu. Jungkook tergelak dan hanya mengangguk-angguk. Dia tahu bahwa Binnie itu galak, karena kadang Jungkook pun kena pukul gadis itu semisal dia berani mengejeknya.

Hari itu, bisa dibilang hari paling menyenangkan untuk keduanya. Karena Jungkook semakin menarik Binnie dari dunia gelapnya, dan gadis itu mulai berani meninggalkan ketakutannya.

 Karena Jungkook semakin menarik Binnie dari dunia gelapnya, dan gadis itu mulai berani meninggalkan ketakutannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a.n

Kalian udah siap chapter terakhir? Semoga kalian bakal siap endingnya karena itu merupakan puncak dari kisah ini!! Btw maap ya baru update, kemarin aku lupa wkwk

Sampai jumpa minggu depan ^^

Your VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang