Salam pembuka bagi kalian para pejuang tphbs jogja. Sebuah pesan panas, sarat akan emosi yang memuncak. Salam 502 Bad Gateway
Benar apa yang Jimin duga. Kimtet itu terus saja menggodanya perihal gadis wortel yang membuat Jejaka dingin itu terpesona.
Mengapa pula kimtet ini harus pindah satu sekolah dengannya. Dan Jimin pikir, satu sekolah sudah kemungkinan terburuknya. Namun, entah ide gila dari mana, pagi ini Jimin sudah disuguhi wajah memuakkan Taehyung didalam kelasnya.
Oh, sungguh. SEMESTA!!! KAU BERCANDA!!
Inginnya memasukkan wajah itu kedalam lubang toilet, namun daripada repot repot, lebih baik merebahkan kepala untuk menjemput mimpi yang rasa rasanya lebih indah ketimbang wajah Kimtet.
"Hei, Jim. Kemana gadis wortel itu? Apakah memang berangkatnya selalu siang?"
Sialnya, tempat duduk Taehyung berada tepat didepan meja Jimin. Menggantikan seorang siswa yang kini pindah ke Minnesota mengikuti keluarganya.
Dan, sungguhan. Demi semesta beserta segala kentutnya. Untuk apa Jimin tahu kebiasaan berangkat si wortel itu? Jimin pikir, tak ada untungnya juga, bukan?
Maka saat Jimin bergeming tanpa jawab, Taehyung menjitak kepalanya. Kesal diabaikan begitu.
"Aish, yang benar saja kau ini!!" Seluruh kelas terdiam takut melihat Jimin yang kini menatap nyalang pada Taehyung. Sementara sang penerima nyalang hanya menatap tak berminat, sama sekali tak terlihat takut.
"Makanya, jawab aku"
Sudahlah. Mungkin memang salah Jimin mencoba tidur saat Taehyung ada disekitarnya. Jimin menghirup banyak udara. Mencoba melangkah pergi, mencari tempat lain yang lebih tenang untuk menjemput mimpinya.
"Aish, keparat dia" Taehyung dongkol. Akhirnya mengangkat duduk untuk kemudian keluar dari kelas. Tak berminat sama sekali mengikuti Jimin. Hanya ingin pergi mencari pacar, agar terhindar dari kewajiban seratus dollar membayar taruhan.
Sementaranya, gadis wortel yang menjadi bahan pembicaraan kini tengah dihadapkan dengan makhluk iblis menjengkelkan. Tengah melotot menatap marah setelah sebelumnya Yoongi mengabaikan kalimat perintahnya.
"Sudahlah, Saemi. Jika kau merasa bodoh untuk mengerjakan tugas itu, jangan paksa aku mengerjakannya untukmu. Bayar saja orang lain dengan uang orang tua kayamu itu"
Dongkolnya sudah memenuhi puncak. Tangan cantik itu dibawa keatas menuju pangkal rambut Yoongi. Mencengkram erat hingga kemudian menarik sekuat tenaga. Menyalurkan segala marah akibat kalimat Yoongi.
Yoongi baru akan balas menjambak, tapi satu kata dari mulut Saemi menghentikannya.
"Ayahmu"
Benar. Adalah benar bagaimana tangan Yoongi tergantung diudara mendengar sang Ayah disebut. Adalah benar bagaimana, akhirnya Yoongi menahan gerakan tangan yang akan balas menjambak.
"Kau tahu, Ayahku dan Dokter Lee adalah teman bisnis. Ayah ku jugalah yang sering memberikan sumbangan uang untuk rumah sakit" Saemi menyeringaikan senyum. Senang melihat bagaimana Yoongi terdiam mendengar kalimatnya.
"Cobalah untuk menentangku sekali lagi saja. Maka mudah sekali untuk membujuk Dokter Lee agar menghentikan bantuan medis Ayahmu"
Maaf, walaupun itu kejam, tapi ancaman Saemi total sempurna. Sungguh berhasil membuat Yoongi diam tak melawan. Gadis wortel yang biasanya akan melawan saat dirinya ditindas, kini hanya bisa diam, bahkan mengeluarkan satu makian pun tidak.
"Bagus jika kau sadar diri" Saemi mengeraskan jambakan pada satu tangan, sementara tangan lainnya melempar buku tugas miliknya yang sebelumnya Yoongi tolak, "kerjakan tugasku, dan pastikan nilainya akan sempurna"
KAMU SEDANG MEMBACA
People
FanfictionKisah tentang hidup, pertemuan, perpisahaan, tentang degupan aneh dalam dada saat melihat dirinya, juga tentang pilihan yang jatuh pada satu orang diantara banyaknya manusia. Pada akhirnya Jimin tahu, Yoongi lebih dari sekedar teman sebangku untukn...