Chapter 8 : Pekerja Paruh Waktu

103 20 24
                                    

Awan hitam menggumpal diatas sana, satu-dua petir terselip diantaranya, menyala terang menakutkan serta bersuara keras memekakkan telinga. Hujan akan turun. Sementara diatas sana langit terlihat suram, hembusan angin kencang seakan menjadi pelengkap. Dengan dinginnya menusuk tulang, menghalau siapapun yang akan keluar rumah, menjadikan jalanan lengang tanpa kerumunan. 

Namun betapapun dinginnya udara diluar sana, bagi Yoongi itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan badai kehancuran di dalam rumahnya. Sebuah guci pecah berhamburan di lantai, kursi jatuh tertidur, karpet terbalik tak tentu bentuk, dan tumpahan air yang telah mengalir kesana kemari di lantai. 

Yoongi hanya menatap dengan mata berair. Duduk di kursi meja makan, Ia memeluk lutut sembari memandang takut pada dua orang di dapur sana. 

Prang! 

"Kau bodoh? Hah? Bagaimana kau bisa mempercayai sepenuhnya orang itu?! Tak peduli siapa dia, sahabatmu, teman, saudara, kau tidak bisa mempercayakan perusahaan begitu saja padanya!" Nyonya Min marah besar, melemparkan semua barang yang ada di sekitarnya, "Sekarang rumah ini bahkan bukan milik kita lagi, lalu akan tinggal dimana kita?!!" 

"Sohee, jangan seperti ini, maafkan aku." mencoba menenangkan, Tuan Min akhirnya harus menghindar dari lemparan botol merica, "Sohee, kita bisa menyewa sebuah rumah kecil dahulu. Aku akan bekerja keras untuk membangun perusahaan baru, aku akan bekerja keras agar hidup kita kembali seperti semula" 

"Rumah sewa kecil? Perusahaan baru? Kau pikir semudah itu?" 

Pertikaian itu semakin menjadi, sementara Yoongi masih ditempatnya. Memeluk lutut posisi yang sama, Gadis itu masih terus terisak hingga satu kalimat sang Ibu menghentikannya. 

"Silahkan bekerja keras, tapi aku tidak bisa lagi bersamamu"

Kalimat itu menimbulkan kerutan bingung di dahi Tuan Min maupun dahi Yoongi. Namun bahkan sebelum keduanya paham apa yang Nyonya Min maksud, wanita itu sudah masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam. Tak menyahut apapun saat Tuan Min mengetuk berkali-kali.

Tuan Min masih mengetuk dengan dirinya memanggil nama Nyonya Min, dan Yoongi masih menangis ditempatnya hingga pintu itu terbuka dengan sendirinya, menampilkan Nyonya Min yang telah menyeret satu koper besar dan wajah datar dingin menatap Tuan Min.

"Mulai sekarang jangan sematkan margamu di depan namaku lagi, dan jangan pernah hubungi aku"

Semua ini sulit untuk Tuan Min cerna. Pria itu bahkan hanya bisa berdiri terpaku pada bumi kala Nyonya Min berjalan ke sisi meja makan, menatap lurus kepada Yoongi dan tersenyum terpaksa.

"Maafkan Ibu, Yoon. Ibu harap kau bahagia bersama Ayah, dan jangan pernah mencari Ibu lagi. Anggap Ibu sudah mati dan lupakan Ibu"

Sampai kalimat itu pada ujungnya, sampai pula kehancuran pada keluarga kecil Min. Nyonya Min— ah, kurasa Kim Sohee, berjalan cepat menuju pintu utama rumah, membukanya dan melangkah keluar menyambut dinginnya udara dengan mantel yang dirapatkan.

Yoongi berdiri, berusaha mengejar sang Ibu dengan tangisan yang semakin menjadi kala Ibunya terlanjur menutup pintu hingga berdebam, menyisakan Yoongi yang kini berlutut di lantai dengan kepala tertunduk dan tubuh bergetar, terisak hebat.

BRAK!!

Tapi suara jatuh disana membuat Yoongi kembali mendongakkan wajah basahnya, mencari asal suara hingga kemudian melebarkan mata terkejut kala mendapati sang Ayah telah terjatuh merebah dengan tangan meremas dada kirinya. Wajahnya menyiratkan rasa sakit teramat sangat yang tak tersampaikan.

PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang