Kini didalam kelas, Yoongi tengah mengerjakan tugas matematika miliknya. Pengerjaannya berjalan cepat, mengingat Ia telah mengetahui seluruh jawaban. Namun, Gadis itu tengah memikirkan, dimana seharusnya Ia meletakkan sebuah kesalahan. Sebuah kesalahan kecil dalam proses menghitung, yang akan mengantarkan jawaban Yoongi pada kesalahan.
"Haruskah disini? Tapi kukira akan terlalu jelas jika kesalahan ini kubuat-buat"
Yoongi masih memikirkan bagaimana seharusnya Ia meletakkan kesalahan, hingga guru matematika telah memasuki kelas. Seorang Pria dengan wajah cerah juga senyum lebar yang sangat-sangat menguasai matematika dibandingkan siapapun disekolah ini.
Akhirnya satu tempat kecil telah diputuskan oleh Yoongi. Ia menghapus beberapa angka dan mengubahnya, membuat seakan kesalahan kecil itu timbul akibat sebuah bimbang akan cara menghitung.
Brilian. Guru matematika tak menyadari jika kesalahan dalam jawaban miliknya adalah sebuah kesengajaan. Beliau sibuk memuji betapa cerdas Saemi dalam mengerjakan tugas darinya.
Hanya Jimin yang menyadari. Gadis itu tersenyum miring menakutkan melihat bagaimana Saemi dipanggil menuju depan kelas dan diperkenalkan sebagai peserta yang akan mengikuti olimpiade.
Entah mengapa, melihat senyum miring itu, Jimin dapat merasakan rasa lega atas terbalaskannya sebuah dendam. Jejaka itu nampaknya tak pernah berpikir bahwa Yoongi dapat membalas dengan elegan orang-orang yang mengganggunya.
"Sialan, kau!" Itu lagi-lagi Saemi. Setelah menyeret paksa Yoongi menuju atap sekolah, Saemi kini menampar pipi kiri Yoongi. Matanya menatap Yoongi nyalang dengan emosi didalamnya.
"Kau sengaja membuat jawabanmu salah, iyakan? Kau sengaja agar Guru matematika sialan itu menunjukku untuk olimpiade!!" Bukan tamparan. Tapi kali ini pukulan yang Yoongi terima dikepalanya. Membuatnya terasa berdenyut nyeri bersamaan dengan nyeri di pipi yang belum menghilang.
"Lalu sekarang apa? Kau ingin aku datang ke ruang guru, lalu memberitahukan pada Guru matematika agar Ia memberimu kunci jawaban olimpiade?" Yoongi membalas tatapan nyalang itu. Tidak takut, sungguh. Karena saat ini pun, dirinya tengah dikuasai emosi dan jengkel luar biasa untuk setan dihadapannya.
"Atau kau ingin meminta agar aku mendampingimu olimpiade? Agar kau bisa menanyakan jawaban itu padaku, begitu?"
Saemi ingin menampar lagi, tapi Yoongi lebih dulu menyadarinya. Satu tangannya menahan tangan milik Saemi dan satu lainnya Ia gunakan untuk menampar pipi cantik iblis itu.
"Jika kau tidak bisa menjalani sesuatu, jangan pernah mencobanya. Kau tahu sejak awal aku tak akan dengan mudah mengerjakan tugas matematika milikmu, jadi jika sekarang aku membuatnya seperti itu, selesaikanlah sendiri urusan yang kau buat sejak awal"
Yoongi angkat kaki dari sana sesegera mungkin. Namun baru tiga langkah diambil, Ia teringat sesuatu untuk disampaikan. Maka Ia balikkan badannya untuk menunjukkan sebuah senyum miring.
"Saranku? isi otak kosongmu itu dengan rumus-rumus matematika"
Saemi mendengarnya. Telinganya dengan jelas menangkap sebuah ejekan didalam kalimat Yoongi. Tentu saja itu membuatnya panas oleh amarah. Tangannya sudah mulai terkepal dan wajahnya telah memerah akibat marah sejak tadi.
"MIN YOONGI!!!" Ia memekik, dan setelahnya berlari mengejar Yoongi. Tangannya menjambak, dan satu lainnya mendorong menuju tembok pembatas atap.
Saemi menekan Yoongi pada tembok pembatas, matanya menatap nyalang menyampaikan seluruh amarah yang kini mendidih dalam kepala. Sementara Yoongi tak bisa berbuat banyak karena masih terlalu terkejut dengan seluruh kejadian yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
People
FanficKisah tentang hidup, pertemuan, perpisahaan, tentang degupan aneh dalam dada saat melihat dirinya, juga tentang pilihan yang jatuh pada satu orang diantara banyaknya manusia. Pada akhirnya Jimin tahu, Yoongi lebih dari sekedar teman sebangku untukn...