Chapter 7 : Ayahmu Pemalas?

144 24 51
                                    

Jimin tak pernah lagi melihat kotak makan wortel atau bekal dengan wortel mendominasi bahan masakan. Gadis Wortel itu juga tak pernah lagi membawa bekal apapun untuk dimakan saat istirahat. Jimin bertanya-tanya, tapi ego nya terlalu tinggi untuk mengungkapkannya.

"Hei, Wortel!" Taehyung melambaikan tangan dari pintu kelas kepada Yoongi yang tengah duduk dikursinya.

Taehyung melangkah mendekat, sementara Yoongi hanya tersenyum singkat untuk kemudian melanjutkan kegiatan membaca novel ditangan.

"Masih buku yang kemarin? Pangeran wortel?"

Yoongi mengangguk.

"Hei, bagaimana jika lupakan bukumu sejenak dan kita pergi ke kafetaria? Biasanya kau akan menolak karena kau membawa bekal. Jadi sekarang kau mau ke kafetaria?"

"Tidak, Taehyung. Makanan disana terlalu mahal. Aku akan makan nanti saat makan siang saja" Yoongi menjawab lembut. Matanya menatap bergantian pada Taehyung dan rentetan kata dalam buku.

"Kau tidak lapar?"

"Lapar. Tapi bisa kutahan" tak ingin munafik karena jujur saja, perutnya kini tengah memberontak minta diisi.

Dan kemudian perutnya bersuara keras. Menyuarakan protes yang sedari tadi Yoongi abaikan. Membuatnya harus nyengir lebar kepada Taehyung yang juga membalas cengiran.

Setelah suara perut itu, Jimin yang awalnya terlihat tidur tiba-tiba bangun. Pergi keluar kelas sembari tangannya menarik kerah bagian belakang Taehyung. Mengajaknya untuk pergi juga.




Atap sekolah. Taehyung menutup pintunya sebelum melangkah menuju Jimin yang kini menduduki sofa dibalik tumpukan meja kursi. Jejaka Kim itu melempar kaleng soda, kemudian mendudukkan diri pada salah satu meja.

"Apa yang kau pikirkan?" Taehyung bertanya. Membuka kaleng soda, menenggak isinya.

"Tidak ada" meneladani kawannya, Jimin membuka dan menenggak sedikit isi kaleng, menyegarkan kerongkongan.

"Ayolah, Jim. Kau tak bisa membohongiku! Kau pikir sejak kapan kita berteman?" Taehyung menunjuk Jimin dengan kaleng sodanya, "Kau penasaran dengan perubahan Wortel itu, bukan? Penasaran kemana perginya kotak bekal Yoongi?"

Jimin terdiam sejenak. Matanya menatap sebentar Taehyung didepan sana sebelum kemudian kembali menenggak soda dalam kalengnya.

Melihat tingkah Jimin membuat Taehyung terkekeh pelan. Tanpa Jimin berkata pun, Taehyung telah mengerti bahwa kalimat yang Ia ucapkan adalah seratus persen benar.

"Kau mulai menyukainya" Taehyung menyimpulkan. Tangannya memainkan kaleng soda, menggoyangkan pelan ke kanan-kiri.

"Tak ada jaminan"

"Jaminan?"

"Bisa saja aku hanya tertarik sesaat" Jimin memicing menatap langit. Bangkit dari duduknya untuk kemudian berjalan menuju tembok pembatas atap.

Taehyung tak membalas lagi setelah mendengar kalimat Jimin. Jejaka itu tak memiliki jawaban atas kalimat kawannya satu itu. Taehyung hanya diam, hingga Jimin kembali berkata.

"Aku mungkin telah tertarik atau entahlah jatuh pada pesonanya. Pesona yang tak kulihat pada Gadis-gadis lain" Jimin menjeda sesaat untuk kemudian kembali melanjutkan, "Aku melihatnya dipojokkan ditembok ini. Diancam dan dimaki"

Taehyung yang baru saja akan menenggak sodanya berhenti. Menatap Jimin dengan raut wajah yang seakan menyampaikan, 'kau serius?'

"Hari itu, hari saat Bibi memintaku mengajak Wortel ke villa, siangnya aku tengah tidur disofa itu. Baru akan memejamkan mata saat sebuah suara-suara berisik menggangguku"

PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang