Sudah lewat dua hari sejak aib masa kecil Jimin terancam bocor. Hari ini Yoongi memakan sarapan dengan tergesa. Sepiring mie instan, ia sisakan setengah untuk makan nanti malam. Tas siap, dengan rambut kuncir kuda ia terpincang keluar rumah mengenakan sandal, lukanya masih belum memungkinkan untuk dibalut sepatu.
Sebuah mobil sudah menunggu di depan pagar. Aston Martin Vantage hitam yang jelas berbeda dari mobil yang biasa menjemputnya. Yoongi mendekat dengan dahi mengerut. Mengintip lewat jendela kaca, memastikan siapa pengemudinya.
"Cepat masuk, jangan hanya menempelkan wajah jelekmu di kaca." Sebuah suara terdengar bersamaan dengan turunnya kaca mobil.
"Lihat siapa yang bicara, dasar buruk rupa!" Yoongi masih belum masuk, "Kenapa mobilnya berbeda? dan," kepala Yoongi mengintip kedalam, menemukan bahwa mobil ini hanya memiliki dua kursi, "dimana Taehyung?"
Sejak pulang dari villa hari itu, Bibi Mikyung mewajibkan Jimin dan Taehyung untuk menjemput Yoongi sebelum berangkat sekolah. Tidak ada bantahan sama sekali kecuali dari Yoongi yang tidak ingin merepotkan. Jimin diam, dan Taehyung mengangguk-angguk setuju. Tiga lawan satu, Yoongi kalah suara.
"Bisa masuk dulu, bawel? Kita bisa telat."
"Dimana?" keukeuh nya
Jimin memejamkan mata dengan tarikan nafas dalam, "Masuk Wortel, sekarang."
Penyampaiannya benar-benar tenang. Lebih tenang dari desir angin pagi, tapi memiliki efek menyeramkan 10 kali lipat lebih buruk dari serangan hydra berkepala 8.
Yoongi terdiam, akhirnya masuk, menyamankan posisi dan diam hingga Jimin menjalankan mobil untuk bergabung dengan mobil-mobil lain dalam aktivitas rutin jalanan. Tidak ada suara, hanya klakson mobil-mobil di jalan. Yoongi tidak memiliki keberanian cukup untuk menanyakan hal sebelumnya, sementara Jimin masih fokus pada ramainya jalanan.
"Taehyung malas, semalaman begadang membantu Ayahnya. Dia tidak sepertimu yang tetap saja rajin berangkat sekolah walaupun terluka." jawab Jimin akhirnya saat jalanan cukup kondusif.
"Oooh." tidak banyak, Yoongi merasa lebih kikuk daripada sebelumnya. Ia hanya duduk kaku sambil memainkan jemari.
Lama fokus pada jalan dan mobil-mobil yang begitu terburu-buru pagi ini, Jimin akhirnya menyadari itu. Yoongi yang kikuk setelah ia memerintahnya masuk dengan dingin. Lucu juga, cukup lucu untuk membuat Jimin kelepasan tertawa kecil hingga harus memalingkan wajahnya ke arah jendela.
"Kenapa tertawa?"
"Tidak." masih berusaha menahan tawa, satu tangan Jimin ia gunakan untuk menutupi setengah wajahnya, menyembunyikan bibir yang masih melengkung.
Yoongi tidak menuntut jawaban lebih, takut Jimin akan marah seperti sebelumnya. Ia kembali sibuk memainkan jemari dan membiarkan Jimin tersenyum gemas melihat kelucuan tingkah lakunya.
Lima menit lagi mereka habiskan di perjalanan. Mobil Jimin memasuki pagar sekolah lima menit sebelum bel masuk dibunyikan. Cukup waktu bagi Yoongi yang jalan terpincang di depan dan Jimin yang mengikutinya di belakang untuk masuk ke kelas tanpa terlambat.
"Selamat pagi. Keluarkan tugas kalian minggu lalu. Bersihkan ruang laboratorium jika tidak mengerjakan. Ketua kelas, kumpulkan buku-bukunya." Singkat, lugas, tegas. Itulah guru Kimia.
Tapi,
Sial.
Jimin tidak membawa apapun, bahkan tidak mengerjakan apapun. Jimin lupa membayar cecunguk tugasnya untuk mengerjakan tugas Kimia hari ini. Jimin bisa saja kabur ke atap seperti biasa saat mendapat hukuman, tapi guru Kimia ini telitinya bukan main. Kabur dari hukuman pertama artinya meminta untuk dua hukuman sekaligus. Dan tentu saja akan melibatkan rumus molekul yang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
People
FanfictionKisah tentang hidup, pertemuan, perpisahaan, tentang degupan aneh dalam dada saat melihat dirinya, juga tentang pilihan yang jatuh pada satu orang diantara banyaknya manusia. Pada akhirnya Jimin tahu, Yoongi lebih dari sekedar teman sebangku untukn...