Lagu di atas cocok tuh buat yang cintanya bertepuk sebelah tangan kayak Sonya
Asal jangan sama aja sikapnya kayak Sonya, ntar malu!
Happy reading!
Ga gila, ga seru!****
"Mana seragam gue?"Riordan memberikan telapak tangan kosongnya di depan Riska menandakan ia meminta.
Riska gemetar, tangannya terasa berkeringat dingin. Kali ini, ia sedikit takut katanya, sebab memang ia yang salah. Seragam Riordan yang kemarin sudah ia jemur, justru robek dicakar kucing tetangga.
"A--anu, em ... itu ...."
"Jangan cosplay jadi orang gagap, deh! Ga cocok tau gak?!" Riordan bersedekap dada, matanya hanya tertuju pada orang di depannya sedari tadi.
Riska mendongak, memberanikan diri menatap Riordan yang sedikit lebih tinggi darinya.
"Nih cewek kenapa malah balik natap gue, sih? Jantung gue juga kenapa dangdutan coba." Riordan berdecak dalam hati.
"Rio ... gue beliin seragam baru aja, ya?"
Riordan tidak menjawab, ia diam membuat Riska semakin sedikit takut. Ingat, hanya sedikit. Seorang Riska yang bar-bar mana mungkin bisa takut banyak pada orang lain.
Riordan diam karena ia sedang berpikir. Seragam baru? Pastinya dia lebih untung, toh seragam yang ia pinjamkan ke Riska juga hasil maling jemuran tetangga.
Tapi kalau Riordan terima tawaran Riska begitu saja, tidak asik dong? Nanti ia tidak bisa lagi jailin Riska. Kan ga gila, ga seru jadinya!
"Emang seragam gue yang lama ke mana?"
Riska mengalihkan pandangannya, tak berani menatap Riordan lama-lama. Kalau Riordan lagi mode serius, seram juga. "A-ada, kok, tapi ...."
"Udah robek," lanjut Riska pelan seperti berbisik.
Bukannya marah, Riordan justru tertawa. "Lo beneran mau cari masalah, nih? Kasih duitnya ajalah, tiga kali lipat!"
Riska yang mengalihkan pandangan jadi kembali menatap Riordan, kali ini tatapannya sengit. Ia tak suka Riordan seperti memanfaatkannya. "Kok lo gitu? Mau meras gue, ya?! Ya udah, sih, maaf! Gue beliin seragam barunya aja. Bodo amat."
Riordan berkelana dalam pikirannya. Mencari cara agar tidak semudah itu urusannya dengan Riska selesai. Entahlah, rasanya ia selalu ingin Riska punya urusan dengannya.
Riska melambai-lambaikan tangan di depan Riordan, mengecek kesadaran lawan bicaranya. "Woi! Malah bengong."
Riordan mengedip-ngedipkan kedua matanya. Lamunannya berakhir, kebetulan bertepatan dengan ide bagusnya yang muncul. "Gak mau! Eh, boleh, deh. Beliin seragam baru, tapi lo juga jalan sama gue, mau?"
Riska mendelik, merasa aneh dengan spesies manusia satu ini. "Hah? Gue ga salah denger?"
"Enggak. Jadi, mau bayar tiga kali lipat atau beliin seragam baru terus jalan sama gue?" tanya Riordan memberikan pilihan yang dua-duanya menguntungkan dirinya sendiri.
"Jalan ke mana?" Riska berusaha sabar.
"Jalan ke mana aja. Ke empang mau? Siapa tau ikan di sana lagi butuh temen, gue bisa nyeburin lo dengan senang hati," jawab Riordan tanpa ragu. Kapan lagi usil sambil buat senang ikan-ikan.
"Lo ngajak jalan apa ngajak berenang? Di empang mana bisa jalan, Bango! Kan isinya air."
Sekarang Riordan yang merasa aneh. Sebenarnya dia yang salah ucap apa lawan bicaranya yang lemot, sih?
"Ya udah, di pinggir empang maksud gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ga Gila, Ga Seru!
Dla nastolatków(Budayakan vote dan komen saat membaca :>) Spin off Prata Story >>>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<<< Awal perkenalan Riordan dan Riska tidak klasik seperti, "Hai, gue Riordan. Salam kenal." "Hai, gue Riska. Salam kenal." Tidak, tidak begitu. Mereka kenal...