O1. Arshinta Kirania

9.8K 794 20
                                    

Happy Reading(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading(.◜◡◝)

Arshinta Kirania, wanita berusia awal dua puluh itu tampak mempunyai dunianya sendiri. Dunia dimana ia bisa terlepas dari kenyataan hidupnya yang pahit. Meski disibukan oleh skripsinya yang belum di terima, wanita itu tetap asik menulis sebuah cerita. Ya, wanita itu merupakan seorang penulis. Genre, yang di sedang di tulisnya adalah teen-fiction.

Tepukan di bahu Arshinta membuat wanita itu mengerjapkan matanya, pria yang baru saja menepuk bahunya itu kini duduk di sampingnya. Juliano Bagaskara nama pria itu, sahabat setianya sejak kecil. Arshinta tidak punya teman lain selain Juliano, hidupnya terlalu sibuk untuk berjelajah di dunianya sehingga ia malas untuk sekedar mencari teman baru. Karena ia di lahirkan dengan otak cerdas dan keluarga kaya, tentu saja bagi Arshinta teman tidak terlalu penting.

"Lagi sibuk ngapain, sih?" tanya Juliano membuka obrolan.

Arshinta menaikan bahunya cuek, sudah jelas Juliano bisa melihat kegiatan monoton Arshinta yang duduk di hadapan laptop. Sibuk menuangkan imajinasinya ke dalam rangakaian kata. Tanpa meladeni Juliano, jarinya menari di atas keyboard.

"Jawab gue Arsh, punya mulut digunakan dengan baik."

Arshinta memutarkan bola matanya malas, jarinya terhenti mengetik. Ia memalingkan wajah dari layar laptopnya untuk menatap Juliano, raut muka Juliano langsung cerah mendapat perhatian Arshinta. Juliano layaknya anak kecil yang haus perhatian dari Arshinta, dan tentu saja itu karena Arshinta sering mengabaikan Juliano.

"Nulis, udah puas?" Arshinta menaikan sebelah alisnya menatap Juliano.

"Belum, tutup laptop lo dan minum minuman yang gue bawa. Baru gue puas."

"Hm." dehem Arshinta.

Wanita itu baru sadar jika Juliano membawakannya sekotak susu rasa pisang kesukaan Arshinta, segaris senyum tampak di wajah Arshinta. Mukanya terlihat lebih manis di hiasi senyum saat melihat minuman favoritnya, terlebih Juliano memberi minuman itu secara gratis. Minuman akan berkali lipat lebih nikmat jika gratis, bukan?

"Makasih, sahabat terbaikku." ucap Arshinta, tanganya dengan gesit langsung menyambar susu kotak itu setelah membereskan laptop. "Tumben baik, lo mau apa?"

Juliano tersenyum sabar, tentu ia harus sabar menghadapi Arshinta yang selalu bisa menebak apa yang Juliano inginkan. Jika dipikir ulang, memang benar Juliano jarang bersikap baik ke Arshinta terkecuali saat ia mempunyai niat terselubung.

"Tante Rina minta lo untuk jangan lewatin agenda cuci darah rutin, buat kesehatan lo. Ingat besok jangan sampai lupa."

Tanpa di duga Arshinta tertawa, "Cuci darah buat apa Jul? Gue capek. Lo gak tau rasanya saat badan lo lemah tapi perut lo malah mual sampai-sampai kepala lo mau pecah. Gue gak mau cuci darah, cuci darah hanya buang-buang uang untuk gue yang hidupnya bahkan gak sampai tahun depan."

I Became The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang