Happy Reading(.◜◡◝)
Ia mengira tamu yang datang adalah rekan bisnis atau saudaranya ternyata bukan keduanya, tebakannya meleset jauh. Saat melewati ruang tamu, Sang Mama dan pria itu sedang berbincang ringan. Kalau ia tahu jika Sadika merupakan tamu yang di maksud, lebih baik ia tak usah pulang dan jalan-jalan bersama Gentala.
Kok bisa gue nyiptain karakter kayak dia, ringisnya menatap Sadika.
"Ada air putih?" tanya Sadika.
"Air putih ada, air comberan juga ada. Mau pilih yang mana?" tanya Kavya.
"Ambilin air putih." ujarnya.
Dengan setengah hati Kavya mengambil air putih ke dapur, sekaligus pergi dari hadapan pria itu karena malas melihat wajahnya, berurusan dengan pria itu sangat menguras tenaga. Sehabis kembali dari dapur mengambil segelas air putih, dengan kasar Kavya meletakan air itu di hadapannya. Sadika meminum sedikit air dari Kavya lalu menaruhnya kembali di meja.
"Buatin jus jeruk." perintah Sadika ketika Kavya baru saja mendaratkan duduk di depannya. "Cepet!" seru Sadika.
Kavya merengut kesal, bukan beranjak dari duduknya menuju dapur. Gadis itu menyenderkan tubuhnya pada kursi sambil melipat tangan di depan dada angkuh.
"Minum aja air yang barusan gue bawa." ucap Kavya.
"Lo bawain gue air panas, mau buat bibir gue melepuh?!" ucap Sadika, memasang raut tak senang.
"Minum aja yang udah ada, air anget gitu di bilang panas. Manja benar!" gerutu Kavya dengan malas.
Tepat di depan meja keduanya, terisi berbagai jenis kue dan buah yang di sediakan Mama-nya. Terdapat juga segelas air putih dan segelas soda di hadapan Sadika. Bukankah sudah jelas? Sadika hanya ingin mengerjainya dengan menyuruh seenaknya.
"Gue lagi mau minum jus jeruk, lo ngabaiin tamu lo?"
"Lo bukan tamu. Mana ada bertamu ke rumah orang cuma minta-minta minuman, di rumah lo sendiri 'kan bisa." sarkas Kavya, membuat Sadika menatapnya tajam.
Kavya memerintah pelayan untuk menghampirinya, dan membuat jus jeruk yang Sadika minta. Kalau mereka bertengkar lama dan ketahuan Mama, bisa habis Kavya karena tak menuruti permintaan calon menantu potensialnya.
"Kenapa ke sini?" Kavya menatap Sadika penasaran, baru saja kemarin ia melihat story Sadika di atas yatch lalu kini pria itu sudah berada di rumahnya.
"Nganterin oleh-oleh, disuruh Papa gue."
"Dari mana?"
"Singapore."
Kavya mengangguk paham, tetapi matanya tak menangkap keberadaan oleh-oleh yang di maksud Sadika.
Seolah membaca pikirannya, Sadika berucap. "Tadi bingkisan untuk lo udah gue kasih pelayan buat di taruh kamar lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Antagonist
Roman pour AdolescentsBagaimana perasaanmu jika terbangun di dalam raga orang lain? . Saat Arshinta Kiraina sedang menulis akhir karya terbaik sepanjang hidupnya, takdir berkata lain. Gadis malang yang sampai akhir hayatnya tak pernah merasakan kasih sayang itu kembali k...