Happy Reading(.◜◡◝)
Sepasang mata Kavya menyaksikan adegan yang diciptakan oleh tangannya dulu, ia menulis adegan dimana kasus penindasan secara brutal yang terjadi adalah hal lumrah. Kasus di hadapannya bukan hanya seorang gadis yang ditindas melainkan juga seorang pria kutu buku dengan kaki yang tak bisa menopang tubuh dengan benar sebab di jadikan samsak hidup. Lucunya para penonton aksi penindasan yang dilakukan secara terang-terangan itu tidak berniat mencegahnya, dan beraktifitas seperti biasanya seolah tak terjadi apa-apa. Bagai robot yang sudah diatur untuk tidak peduli yang terjadi selain adegan dalam narasi.
Ia mulai tersadar dunia khayal yang di tulisnya ini nyata dan tampak buruk, namun harus kepada siapa Kavya mengeluh akan kejam serta abstraknya dunia yang telah terlahir dari kedua tangannya ini.
"Minggir."
Bentakan diiringi benturan di bahu sampai ia mundur satu langkah membuat gadis itu tersadar dari keterdiaman, di depannya berdiri Sadika yang menjulang tinggi. Malang sekali nasibnya selalu bertemu si tokoh utama tanpa di sengaja. Kaki Kavya berlari mengejar Sadika yang berjalan dengan cepat, ia berencana meminta pria itu untuk berhenti bersikap menyebalkan setiap berhadapan dengannya salah satunya seperti barusan, selain itu gadis itu hendak memberi penawaran menguntungkan yang semalaman sudah ia buat secara matang.
"Sa, tunggu." ucap Kavya menahan pergelangan tangan Sadika.
Nafasnya terdengar memburu berlomba-lomba dengan suara degup jantungnya, wajah Kavya memucat karena kekurangan oksigen.
"Apa?" tanya Sadika dengan wajah tak senang.
Setelah berhasil mengatur nafasnya kembali normal, Kavya dengan lantang mengatakan. "Gue mau ngajuin penawaran."
"Penawaran apa?"
"Buat ketentraman kehidupan kita. Lo dengan hidup lo sendiri, dan gue dengan kehidupan gue sendiri. Ayo jadi orang asing, karena kita gak sedekat itu untuk diartikan sebagai teman 'kan?"
Ya. Setelah semalaman gadis itu terjaga, ia memutuskan untuk membuat penawaran dimana hidupnya akan damai. Sadika, pria itu tidak terlalu suka dengan hal merepotkan dan Kavya termasuk kedalam hal merepotkan itu. Sehingga bukankah lebih baik Kavya tidak berurusan dengan si tokoh utama yang sudah jelas tak menyukainya. Ia akan terbebas dari drama picisan anak remaja itu, juga terbebas dari akhir cerita si antagonis yang menyeramkan.
"Lo sengaja begini karena suka sama orang lain?" pria itu menaikan sebelah alisnya merasa janggal, Kavya yang dikenalnya sejak kecil adalah sosok ambisus yang tidak akan melepaskan hal yang di maunya sebelum tercapai.
"Memangnya kenapa kalo gue menemukan orang yang lebih baik dari lo, dan suka sama dia?" tantang Kavya.
"Lebih baik dari gue? If there's a man was better than me, he definitely wouldn't want to be with you." kalimat penuh ledekan itu dengan lancar keluar dari bibir Sadika.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Antagonist
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika terbangun di dalam raga orang lain? . Saat Arshinta Kiraina sedang menulis akhir karya terbaik sepanjang hidupnya, takdir berkata lain. Gadis malang yang sampai akhir hayatnya tak pernah merasakan kasih sayang itu kembali k...