Happy Reading(.◜◡◝)
Gadis bersurai hitam itu menatap pantulan dirinya di cermin, sosoknya terlihat cantik dan menawan. Dibalut dengan seragam sekolah, dan ransel hitam yang berisi buku pelajaran. Sebelum meninggalkan kamarnya, ia memperhatikan pantulan dirinya di cermin kembali menyemangati dirinya berangkat sekolah untuk pertama kalinya sebagai tokoh antagonis.
"Semangat, Kavya! Mari kita mulai menjadi siswi sekolah pada umumnya, tanpa drama picisan, dan ayo kita ubah sosok antagonis ini menjadi protagonis sampingan yang memiliki hidup tenang." pekik gadis itu dengan senyum cerah kemudian meninggalkan kamar.
Tampak Raksa sudah berdiri tepat di depan pintu kamar Kavya, tangannya menggantung di udara. Sepertinya pemuda itu ingin mengetuk pintu Kavya, bertepatan dengan Kavya yang keluar dari kamarnya.
Kening Raksa mengeryit heran menatap penampilan Kavya yang sederhana, seragam sekolah ketat crop miliknya digantikan dengan seragam yang pas dengan tubuhnya, tak ada aksesoris berlebihan hanya ada jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya, tas yang dipakai Kavya bukan tote bag seperti biasanya dipakai melainkan sebuah ransel, dan yang membuat Raksa sedikit terkejut adalah wajah natural Kavya tanpa alis buatan ataupun pewarna bibir. Banyak pertanyaan di benak Raksa, mengapa sang adik berubah melenceng dari biasanya. Namun pemuda itu memilih bungkam, membiarkan banyak spekulasi bersarang di otaknya toh adiknya ini berubah menjadi sosok yang lebih baik.
"Kenapa?" tanya Kavya heran dengan keterdiaman Raksa.
"Mau berangkat sekolah bareng, Dek?" tawar Raksi.
Kavya menganggukan kepala acuh, lalu berjalan terlebih dahulu. Mungkin karena dirinya baru sembuh dari sakit, Raksa menawarkan tumpangan padanya. Meski bukan hal wajib jika Raksa menawarkan tumpangan ke Kavya, karena supir keluarganya masih bisa diandalkan.
"Lewatin sarapan aja, Bang. Lagi malas sarapan." pintah Kavya.
Raksa baru saja hendak memperotes, tetapi Kavya kembali berbicara.
"Udah mau telat kita." cegah Kavya.
Jam tangannya memunjukan jam pukul tujuh kurang, jarak dari rumah atau lebih tepatnya mansion keluarganya cukup memakan banyak waktu. Kavya yang berjanji akan berubah menjadi siswi biasa yang menghindari telat masuk sekolah. Karena jika ia telat masuk kelas nantinya akan banyak pasang mata yang meliriknya dan ia tidak suka menjadi pusat perhatian.
Mendengar penuturan masuk akal Kavya, Raksi menurutinya. Ia membawa motor besar warna merah kesayangannya yang diberi nama, Si Hitam. Tak lupa Raksi memberikan helm cadangan pada Kavya untuk dipakai gadis itu dengan paksaan, Kavya memakai helm itu dengan setengah hati karena kuncir rambut Kavya akan terasa mengganjal jika memakai helm. Selama perjalanan hanya di isi keheningan, keduanya tampak sibuk berkelana dengan pikiran masing-masing. Si Hitam melaju dengan cepat menembus kemacetan kota tanpa hambatan, sebab Raksi sangat lihai mengendarainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Antagonist
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika terbangun di dalam raga orang lain? . Saat Arshinta Kiraina sedang menulis akhir karya terbaik sepanjang hidupnya, takdir berkata lain. Gadis malang yang sampai akhir hayatnya tak pernah merasakan kasih sayang itu kembali k...