Happy Reading(.◜◡◝)
Ketika matahari belum keluar dari sarang, hanya menampilkan semburan oranye yang di tutupi oleh awan kelabu. Raksa, pria itu sudah rapi dengan kaos hitam dan celana training hitam kesayanganya berdiri di depan pintu kamar Kavya, pria mengetuk pintunya secara brutal karena sang empunya tak kunjung menyahut.
Lain halnya dengan Raksa yang mulai hilang kesabaran untuk membangunkan sang adik, Kavya sendiri malah terlelap nyenyak tanpa merasa terganggu dengan bunyi berisik. Semalaman gadis itu belajar dengan giat, karena ia sudah lulus sekolah bertahun-tahun lalu di kehidupan sebelumnya sehingga tentu saja ia lupa pelajaran masa putih abu. Jangan harapkan cerita dimana kamu masuk ke dalam dunia novel lalu menjadi pintar mendadak, karena nyatanya yang di alaminya merupakan hal yang berbanding terbalik. Harus mengulang materi masa putih abu menggunakan otak tumpul Kavya, benar-benar mimpi buruk. Ia baru tidur dua jam lamanya ketika sudah mulai ingat sedikit materi masa putih abu, otaknya lelah butuh istirahat.
Raksa yang habis kesabaran, menerjang masuk ke kamar Kavya yang pintunya tak di kunci. Matanya terbelalak tatkala menyaksikan posisi tidur Kavya, tidur di atas tumpukan buku-buku sekolah dengan badan telungkup. Tampaknya Kavya berusaha keras untuk lebih giat belajar dan mulai berubah, desas-desus tentang sang adik merundung para siswa atau menempeli Sadika seperti lintah juga mereda. Sepertinya benar gadis itu mulai berubah.
Tangan Raksa mengelus surai hitam Kavya lembut, ia menyibak rambut Kavya yang menutupi wajahnya. Wajah cantik Kavya terlihat semakin jelas tanpa ada helai rambut yang menutupi, sebagai kakak ia bangga pada Kavya yang sudah menjadi lebih baik seperti ini.
"Dek, bangun! Ayo kita lari pagi." ucap Raksa menggoyangkan tubuh Kavya setelah puas memandangi wajahnya.
"Hm." gumam Kavya tanpa merasa terganggu.
"Ayo bangun!" Raksa berteriak di samping telinga Kavya berharap semoga gadis itu terganggu dalam tidurnya. Jangankan bangun, bergerak saja ia tidak.
Netra pria itu menangkap segelas air di samping nakas yang tersisa setengah, diambilnya gelas itu lalu menyipratkan air dalam gelas itu dengan tangannya ke wajah Kavya.
"BANJIR, DEK KEBANJIRAN!" teriak Raksa kencang, tangannya tak berhenti memercikkan air ke wajah Kavya.
Kavya gelagapan bangun dari tidurnya, dengan nyawa belum terkumpul ia langsung duduk. "HAH KEBAKARAN?!" pekiknya panik, ia segera berlari ke pintu keluar kamar dengan langkah gontai.
Raksa menepuk kepalanya lelah, lalu menyergap Kavya sebelum gadis itu berlari keluar kamar. "Bercanda, gak ada kebakaran. Ayo kita lari pagi biar kamu makin sehat." ajak Raksa dengan semangat menuntun Kavya ke kamar mandi.
"Malㅡ
"Gak ada penolakan, Abang tunggu di ruang tamu. Awas kalo kamu lanjut tidur, Bang Raksa ceburin kamu ke kolam renang." potong Raksa sebelum Kavya menolak secara mentah ajakannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Antagonist
Novela JuvenilBagaimana perasaanmu jika terbangun di dalam raga orang lain? . Saat Arshinta Kiraina sedang menulis akhir karya terbaik sepanjang hidupnya, takdir berkata lain. Gadis malang yang sampai akhir hayatnya tak pernah merasakan kasih sayang itu kembali k...