O8. Pulang Bersama

4.1K 612 32
                                    

Happy Reading(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading(.◜◡◝)

Sadikanjir
|plg brg gw
|awas aja klo berani blik dluan!

Sadika mengirim pesan yang berisikan ajakan untuk pulang bersama dengannya, tetapi dibandingkan mengajak pulang bersama, isi pesan itu lebih ke pesan ancaman agar Kavya tak pulang terlebih dahulu dengan supirnya. Dengan setengah hati Kavya menyetujuinya.

Jam pulang sekolah terasa lebih cepat berlalu, padahal ia berharap jam pulang akan lebih lama agar tak segera berjumpa dengan Sadika.

"Ayo udah belum?" tanya Kahla.

Kavya dengan pelan menutup tasnya dan menyampirkan di bahu, "Udah kok." jawabnya.

Kelas sudah sepi, hanya di isi oleh Kavya dan Kahla yang tersisa. Keduanya beriringan berjalan keluar kelas, baru sampai koridor menuju pintu keluar bangunan sekolah tetapi tiba-tiba Kahla dilanda sakit perut karena istirahat tadi terlalu banyak memakan sambal.

"Gue sakit perut, gue harus ke toilet!" pekik Kahla.

"Ayo gue temenin."

"Lo kalo mau pulang, duluan aja Kavy."

"No! Gue mau temenin lo ya?"

"Santai aja gue bisa sendiri, masih ada kelas 12 sama anak yang eksukul. Ditambah ada penjaga sekolah, jadi lo duluan aja. Kasian supir lo nunggu." tolak Kahla.

"Tapi gue gak balik sama supir."

"Gue gak tahan, bye babe." Kahla tak mendengarkan ucapan Kavya, dan terburu-buru lari menuju toilet.

Kavya menghela napas berat sebelum kembali melanjutkan pergi menuju gerbang sekolah untuk menunggu Sadika, pria itu mengajaknya pulang bersama namun tak memberi kejelasan pada Kavya sampai saat ini apakah Sadika sudah menunggu di parkiran atau ia sudah pulang terlebih dahulu dengan Gendisa. Sepanjang jalan menuju gerbang sekolah ia habiskan untuk memaki karena terbangun dalam raga si antagonis ini, bagaimana bisa menjalankan hidup dengan damai jika ia saja terlibat dalam alur cerita seperti ini.

Kalo kalian menulis cerita, ia sarankan jangan pernah untuk menulis tokoh antagonis bodoh yang terlalu bucin. Sebab bisa saja kesialan berpihak pada kalian, dan masuk ke dalam tubuh si antagonis misalkan. Seperti nasibnya. Menyedihkan, di kehidupan sebelumnya atau saat ini tak pernah merasakan yang namanya romansa percintaan khas remaja yang di mabuk asmara.

"Jadi jomlo abadi lama-lama." gerutu Kavya menghentakan kakinya.

Kavya berdiri setengah membungkuk, tangannya menumpu pada lutut. Dasar sekolah orang kaya! Kenapa terasa jarak antar gedung dan gerbang sekolah jauh sekali? batin Kavya, ia mengambil napas karena lelah. Tak lama ia mengibaskan tangan tepat di depan wajah, terik matahari terasa menusuk kulitnya.

Bruk..

Hampir saja Kavya terjatuh karena bertabrakan saat ia hendak kembali jalan. Seorang gadis merintih sakit karena terjatuh, di atas aspal. Terdapat kerut samar di dahinya, dengan bulir keringat. Ia menunggu gadis itu untuk berdiri, tetapi sudah tiga menit gadis di hadapannya ini tak ada niatan untuk beranjak dari posisi jatuhnya. Netra Kavya memindai penampilan gadis itu dan mengenali siapa gadis di hadapannya. Gadis itu adalah sosok yang waktu itu menabraknya di kantin.

I Became The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang