11. Makan Bubur

3.6K 545 13
                                    

Happy Reading(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading(.◜◡◝)

Kavya Arunika, atau lebih tepatnya Arshinta sedang terpaku diam saat ini, dalam hidupnya ia belum pernah bertemu seseorang sejenis pria di sampingnya. Ia dibuat heran dengan keberadaan pria buaya yang bisa-bisanya bermulut semanis gulali. Baru beberapa menit ia meladenin sosok di depannya, Kavya bisa tahu seperti apa kepribadian pria yang tanpa ragu memperkenalkan dirinya itu sebagai, Gentala.

Hampir saja liur Kavya menetes, samar-samar tercetak bentuk perut berotot milik Gentala di balik kaos putihnya. Pria itu tampak terlihat santai memakai kaos putih dengan celana pendek hitam selutut, terlihat sisa-sisa keringat di tubuhnya yang masih menempel dan bisa ia tebak pasti pria itu habis lari pagi.

"Lo tinggal dimana?" tanya Gentala menatap wajah Kavya. "Eh, nama lo siapa tadi? Gue lupa tadi, hahaha.." selanya kembali bertanya sebelum Kavya menjawab pertanyaannya.

Bagaimana bisa pria ini lupa dengan nama Kavya, sedangkan gadis itu saja sedari tadi hanya terduduk di ayunan sembari meladenin pertanyaan tak berbobot Gentala setengah ikhlas tanpa memperkenalkan dirinya. Rasanya Kavya menyesal, kenapa ia malah memilih tertidur di taman dan berakhir bertemu sosok di sampingnya ini.

"Hm, Bambang." jawab Kavya menjawab pertanyaan Gentala ragu, ingat jangan memberi nama kalian sembarangan pada orang yang tak di kenal. Lalu saat ini hanya nama, 'Bambang' yang terbesit dibenaknya.

Gentala terbahak dengan keras mendengar jawaban Kavya, dikiranya Kavya sedang melucu. "Hahaha.. Lucu banget, Bambang!"

Kavya memutarkan bola mata malas, "Florè, itu nama gue." ucap Kavya asal.

"Nah, nama itu baru cocok sama muka cantik lo. Kalo Bambang mana ada cocok-cocoknya." Gentala mengangguki kepalanya.

"Makasih." ujar Kavya, atas pujian Gentala akan rupa wajahnya.

"Sama-sama, Flo. Udah sarapan belum? Ayo cari sarapan sama gue." ajak Gentala.

Kavya terdiam sejenak, menimbang-nimbang tawaran pria itu. Meskipun ia tak terlalu menyukai Gentala, tawaran pria ini cukup menggodanya. Ia jadi ingin jalan-jalan sebentar sembari mencari sarapan, jika meminta Raksi untuk mencari sarapan jelas Abang-nya itu pasti akan menolak ajakan Kavya. Raksi akan menyarankannya makan di rumah, karena lebih praktis selain itu juga lebih nyaman.

"Kalo gak mau, gue pergi nih?" goda Gentala melihat Kavya terlalu lama berfikir.

Gentala tak benar-benar ingin meninggalkan gadis di sampingnya ini, mengajaknya mencari sarapan adalah alibi yang dibuatnya untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Sepertinya Gentala tak asing dengan wajah gadis ini, belum lagi raut wajah canggungnya ketika berada di dekat Gentala menjadi hiburan tersendiri bagi pria itu.

"Yaudah." jawab Kavya seolah biasa saja padahal dalam dirinya sangat bersemangat.

"Yaudah apa?" Gentala menaikan sebelah alisnya.

I Became The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang