Happy Reading(.◜◡◝)
Ketika baru membuka matanya, Arshinta berpikir ia sudah berada di surga. Akan tetapi bukankah surga terlalu bagus untuknya yang kadang suka lupa akan keberadaan sang pencipta?
Matanya menjelajahi kamar luas yang di dominasi oleh warna monokrom, tak buruk juga kamar yang di tempatinya saat ini. Senyum lebar menghiasi bibirnya, tubuh Arshinta terasa sangat baik. Ia tidak merasakan nyeri ataupun lemas. Atensinya beralih menatap pintu, ketika seorang pelayan masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan nampan yang berisi air. Tatapannya menyorot Arshinta dengan terkejut, lalu setelah kebisingan yang dibuat pelayan itu. Seorang wanita yang memakai gaun rumahan dengan gurat wajah cantik meski usianya sudah menua, menghampiri pelayan itu berniat ingin menegur. Belum sempat menegur pelayan itu, wanita itu kini memekik terkejut saat mengikuti arah pandang pelayan itu menatap Arshinta yang baru saja berdiri di samping ranjang. Kernyitan di dahi Arshinta terpampang jelas, ada apa dengan reaksi berlebihan orang asing itu saat melihatnya.
"Kavya, kamu sudah bangun sayang?" pekik wanita bergaun itu, berlari menghampiri Arshinta dan memeluknya.
Tunggu, mengapa wanita itu memanggilnya Kavya? Bukankah ia salah mengenali orang, karena yang di dekapanya saat ini adalah Arshinta bukan Kavya, tetapi nama Kavya seperti tak asing dalam benak Arshinta. Tanpa mengeluarkan protes, Arshinta terdiam di dalam dekapan itu. Hangat dan nyaman. Arshinta lupa kapan terakhir kali ia di peluk dengan penuh kasih sayang seperti ini, jika boleh memilih ia tak ingin melepas dekapan wanita asing itu.
"Kamu kenapa berdiri? Ayo duduk, sayang. Tubuh kamu masih belum cukup kuat." kata wanita itu sembari menuntun Arshinta ke kasur, "Sri, tolong kamu ambilkan air. Jangan lupa segera hubungi dokter. Siapkan juga makan siang, Kavya pasti lapar karena tidak makan nasi selama seminggu." perintah wanita itu pada pelayan yang sedang membereskan bekas tumpahan air.
"Anda siapa ya?" tanya Arshinta pelan, gerakan wanita itu terhenti.
"Ini Mama, kamu Kavya. Kamu melupakan Mama? Ya Tuhan.."
Lagi-lagi nama Kavya yang di ucapkan wanita itu, "Saya bukan Kavya, Tante. Saya Arshinta, maaf salah orang."
Setelah beberapa detik wanita itu tak menggubris ucapan Arshinta, tubuh wanita itu meluruh ke lantai. Wanita itu kehilangan kesadaran. Beruntungnya, Arshinta dengan gesit menangkap tubuhnya dan menaruhnya di ranjang. Kenapa menjadi seperti ini, gerutu Arshinta dalam hati. Ia takut di tuduh melukai wanita itu.
Baru saja hendak kabur, pintu kamar di buka dengan kasar. Pria yang memakai seragam putih abu melangkah dengan cepat, dan berdiri di hadapan Arshinta. Cairan bening jatuh, melewati pipi pria itu.
"Dek, kamu sudah sadar? Abang rindu."
Belum sempat mengeluarkan suara, lagi-lagi Kavya di tarik ke dalam dekapan orang tak di kenal. Karena tubuhnya terasa lemas, Kavya terdiam pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Antagonist
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika terbangun di dalam raga orang lain? . Saat Arshinta Kiraina sedang menulis akhir karya terbaik sepanjang hidupnya, takdir berkata lain. Gadis malang yang sampai akhir hayatnya tak pernah merasakan kasih sayang itu kembali k...