"Makasih ya, kak."
"Makasih untuk apa?"
Arsya menatap Kenan yang duduk di sampingnya. "Semuanya."
"Saya tidak melakukan apa-apa untuk kamu." balas Kenan tanpa mengalihkan pandangannya ke depan.
Saat ini, mereka tengah berkumpul dirumah Surya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Arsya. Mereka mengadakan acara itu dihalaman belakang. Kenan dan Arsya duduk di gazebo pojok. Reyhan dan Sisi tengah berenang, Bela dan Nana sibuk bercurcolan ria, Beny dan Vita sedang bermesra-mesraan, Surya, Sila, dan Tante Ana asik membicarakan urusan orang tua.
"Arsya."
"Iya?"
Kenan menatap Arsya dengan tatapan yang sulit diartikan. Jantungnya berdegup dengan kencang. Ia berharap semoga Arsya tidak mendengarnya.
"Saya tau, mungkin saat ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan ini. Tapi, saya sangat berharap kamu menerimanya Arsya."
Arsya mengerutkan keningnya. "Menerima apa, kak?"
Kenan meneguk ludahnya pelan. "Kamu mau jadi kekasih saya?"
Kedua bola mata Arsya membulat sempurna. Ia menatap Kenan tak percaya. "Apa sekarang, yang gila Kak Kenan?"
Rasa cemas yang Kenan rasakan seketika berubah menjadi kesal. "Enak aja! Saya masih waras, Arsya!"
Arsya menyunggingkan senyum malu-malunya. Apakah ini jawaban dari do'a - do'anya dulu?
"Jadi gimana?" tanya Kenan.
"Kakak tau, aku ... aku gangguan jiwa kan?"
Kenan menghembuskan nafasnya. Ia mengerti maksud dari perkataan Arsya. "Itu bukan masalah besar, Arsya. Depressi kamu masih bisa diobati secara perlahan. Saya ingin selalu ada di samping kamu saat-saat itu. Cukup sekali saja, saya kehilangan kamu. Jangan ada yang kedua kali. Saya mohon."
Arsya menatap kedua mata Kenan yang terlihat meyakinkan.
"Selama 7 tahun, hati saya masih menyimpan nama kamu. Semakin saya mencoba untuk menghapusnya, semakin dalam pula rasa itu ada. Jarak tidak membuat perasaan saya ke kamu berkurang sedikit pun. Cinta saya sama kamu bukan obsesi, Arsya. Saya tulus mencintai kamu. Tapi, kalau kali ini kamu menolak saya, saya ikhlas. Mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama."
Arsya memukul lengan Kenan pelan. "Jangan gitu! Aku udah tunggu saat-saat ini sejak 7 tahun lalu. Aku selalu berharap, kita bisa bersama, kak. Aku mau jadi pacar kakak."
Senyuman Kenan mengembang diwajah tampannya itu. "Kamu yakin? Tidak ada persyaratan lagi seperti dulu? Tapi, saya sudah tobat. Jadi kamu tidak perlu membuang-buang waktu untuk memberi harapan palsu kepada saya."
"Maaf untuk itu. Aku benar-benar menyesal, kak. Saat itu aku terlalu terkejut. Sebelumnya kita tidak pernah saling mengenal. Jujur aja, dulu aku gak ada perasaan apapun sama kakak. Tapi, semenjak kakak berubah, kakak mau turuti permintaanku, tanpa diundang rasa itu hadir begitu saja. Saat aku menyadari perasaan itu ada, aku sudah kehilangan kakak. Dan itu menjadi penyesalanku selama ini."
Kenan menggenggam tangan Arsya. "Kita ulangi dari awal, ya?"
Arsya menggeleng keras. "Jangan! Aku gak mau mengulang semuanya dari awal."
"Kenapa?"
"Karna aku akan kehilangan kakak lagi. Aku ingin melanjutkan cerita kita, kak. Bukan mengulang."
Kenan tersenyum manis. "Iya."
"WOYY!!!"
Arsya dan Kenan menoleh pada Beny yang meneriaki mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET [END]
General Fiction[PART MASIH LENGKAP] [PROSES REVISI] Kamu tau, kenapa penyesalan selalu datang di akhir dari suatu keadaan? Karna ia ingin kamu menyadari, betapa berartinya setiap waktu dan moment yang kita miliki. Hargai semua itu, sebelum penyesalan menyadarkan...