○ 16

7K 639 84
                                    

"Besok lari pagi yuk!"

"Boleh, di dekat sini ada danau. Besok kita ke sana." ucap Arsya menyetujui ajakan Bela.

"Danau asli, mbak?" tanya Bela.

"Ya bukanlah! Danau buatan, tapi bagus banget. Cocok buat kamu yang sering pamer kegiatan ke followers kamu."

Bela terkikik pelan. Arsya memang sangat mengerti dirinya. "Tapi, biasanya kalau perairan kayak gitu banyak setannya, mbak."

"Iya, setannya banyak banget. Dulu pernah lepas satu." timpal Nana.

"Serius mbak? Terus sekarang dimana?"

Nana menunjuk Bela yang duduk di sampingnya. "Ini!"

"HAHAHAHAHA." tawa Reyhan menggelegar dengan keras, disusul tawa kecil yang lainnya.

Bela melirik Nana dengan sinis. "Serius deh mbak, kata ibuku dikampung kalau perairan kayak gitu pasti banyak dedemitnya."

"Kata orang-orang di sini sih ada ular yang jagain." cetus Reyhan, setelah meredakan tawanya.

"Ular?" tanya Vita.

"Iya, kak. Katanya sih ularnya mengelilingi danau itu."

"Kamu kata siapa?" tanya Arsya.

"Kata tetangga-tetangga."

"Kok kakak gak tau?"

Reyhan memutar bola matanya malas. "Selama ini kakak tinggal dimana?"

"Oh iya." ringis Arsya saat menyadari kebodohannya.

"Ularnya nampak?" tanya Beny pada Reyhan.

"Enggak, bang. Gue sering kesana tapi juga gak pernah lihat." jelas Reyhan.

"Siluman maksudnya?" tanya Kenan yang sedari tadi diam menyimak.

"Gak tau juga sih, bang. Yang jelas, dulu pernah ada orang yang lihat ular itu. Besar banget. Warnanya hijau. Terus orang-orang di sini juga percaya kalau disitu ada ular, soalnya pinggiran danau itu warna hijau pekat."

"Itu kayak legenda gak sih? Kayak cerita rakyat gitu." ucap Nana.

"Bisa jadi, mbak. Kalau didaerah saya, masyarakat lebih percaya kalau di danau itu ada buto ijo." ucap Bela.

"Buto ijo itu apa?" tanya Vita.

"Raksasa, mbak. Yang makhluk gede itu loh, tapi warnanya hijau kayak hulk."

"Gue heran, didaerah perkotaan kayak gini masih aja percaya kayak begituan. Air danau hijau, bisa jadi kan karena adanya jenis ganggang hijau di dalamnya. Atau bisa juga zat-zat lain yang mempengaruhi warna air." kata Beny.

"Ya namanya juga cerita rakyat mas. Cerita yang dipercayai oleh masyarakat yang ada disitu." ucap Bela.

"Iya, bener. Kalau dikampung halaman kita kayak kuyang, bang. Dipercayai masyarakat di sana kan." jelas Nana.

"Mbak Nana sama Mas Beny asli kalimantan?"

Nana dan Beny mengangguk. "Kenapa?" tanya Beny.

"Cerita tentang kuyang, dong mbak!" ucap Bela menoel-noel lengan Nana.

"Apa sih malah bahas setan!" protes Arsya.

"Merapat-merapat, kita bentuk lingkaran." titah Bela, tanpa memperdulikan ucapan Arsya.

Bela mengatur posisi duduk mereka agar membentuk lingkaran. Disamping kanannya ada Nana, Arsya, dan Kenan. Disamping kirinya ada Reyhan, Vita dan Beny. Mereka telah membentuk lingkaran, dengan isian tengah aneka macam snack untuk menemani cerita mereka malam ini. Kedua orang tua Arsya tengah mengobrol santai di ruang tamu bersama Tante Ana, juga kedua orang tua Beny dan Nana yang datang sore tadi.

REGRET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang