"Pijit yang sini loh, Bel." ucap Nana seraya menyentuh punggung bawahnya.
"Gak bisa, mbak. Harusnya Mbak Nana tiduran, biar mijitnya gampang."
Nana menurut ucapan Bela, untuk tidur tengkurap di atas karpet tebal yang digelar Beny di depan televisi. Mereka semua lebih menyukai duduk dibawah, daripada disofa.
Saat ini, mereka tengah berkumpul santai seperti biasanya, dirumah baru Beny dan Vita. Mereka telah melangsungkan pernikahan sebulan yang lalu, itupun juga sudah tertunda karna suatu kendala.
Arsya menyenderkan kepalanya ke pundak Kenan, yang dibalas elusan lembut dikepala gadis itu. "Kenapa?"
"Bosen."
"Sama, Mbak Sya. Saya dari tadi juga bosen. Udah nontonnya sinetron mulu, terus dijadiin tukang pijet sama Mbak Nana."
"Lo gak ikhlas mijitin gue?"
Bela menepuk punggung Nana. "Ikhlas lah, mbak. Orang dikasih duit, kok." ujarnya dengan cengengesan.
"Nonton film horor aja, gimana?" usul Satria—kekasih Nana.
Nana dan Satria sudah berpacaran lebih dari 3 tahun. Selama setahun terakhir ini, mereka terpaksa ldr, karna Satria masih harus melanjutkan kuliah S2 nya di luar negeri yang sempat tertunda.
"Jangan dong, Mas Sat. Kalian mah enak, punya pasangan. Bisa saling peluk. Saya sama siapa? Guling? Yang ada malah saya makin ketakutan, karna ngiranya itu pocong." protes Bela.
"Setuju!" cetus Nana.
"Aku sama Kak Kenan setuju!" lanjut Arsya.
"Aku sama Vita juga setuju! Bentar, aku cariin dulu." ucap Beny.
"Loh, kok gitu, sih. Saya pulang nih!" ancam Bela yang tidak memiliki efek apapun.
"Pulang aja, emang berani?" tantang Beny, seraya mencari sebuah film horor yang akan mereka tonton.
"Tolonglah, tega banget sama anak kecil." melas Bela menatap kakak-kakaknya, yang justru dibalas kekehan mereka.
"Anak kecil apa? Umur lo udah 23." cetus Nana yang sudah kembali duduk dari tengkurapnya.
"Tapi kan saya yang paling kecil di sini, mbak."
"Udah diem, bawel amat. Mau mulai nih." ucap Beny.
Pada akhirnya mereka semua terdiam, dan menonton film itu dengan serius. Vita yang berdempetan dengan suaminya, Arsya yang menggenggam tangan besar milik Kenan, Nana yang bersembunyi dibalik punggung Satria, dan Bela yang tiduran ditengah mereka, seraya menutup wajahnya dengan bantal sofa.
Sabar ya, Bel.
***
Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Hari ini, adalah hari anniversary Kenan juga Arsya yang ke 6 bulan. Sebenarnya Arsya yang memaksa Kenan untuk merayakannya. Katanya, buat kenang-kenangan.
Mereka merayakan disalah satu restoran mewah yang ada di Jakarta. Tak tanggung-tanggung, Kenan menyewa satu restoran untuk pesta mereka malam ini.
Pesta ini juga dihadiri delapan keluarga sekaligus. Kedua keluarga Arsya, keluarga Kenan, keluarga Nana dan Beny, keluarga Vita, keluarga Satria, keluarga Tante Wirna, dan keluarga Bela. Entahlah, sepertinya ini bukan hanya acara anniversary. Tapi arisan keluarga.
"Tante Wirna sudah makan?"
"Sudah Arsya, kamu tenang saja. Dari tadi kamu berjalan kesana kemari hanya ingin menanyakan para tetua sudah makan apa belum. Kamu sendiri apa sudah makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET [END]
General Fiction[PART MASIH LENGKAP] [PROSES REVISI] Kamu tau, kenapa penyesalan selalu datang di akhir dari suatu keadaan? Karna ia ingin kamu menyadari, betapa berartinya setiap waktu dan moment yang kita miliki. Hargai semua itu, sebelum penyesalan menyadarkan...