Hari kedua masa pengenalan lingkungan sekolah dilaksanakan. Setelah hari kemarin mereka saling berkenalan dengan teman sekelas dan berkeliling sekolah, hari ini seluruh peserta MPLS akan bermain game dengan masing-masing pembimbingnya.
Kelas X IPS 4 sedang ramai karena pembagian kelompok yang sedang berlangsung. Maklumlah belum terlalu kenal, jadi agak sedikit keberatan ketika mereka satu kelompok dengan orang yang belum terlalu dikenal.
"Mengapa, kau lagi, kau lagi?" Alin menghembuskan napas lelah saat Fajri duduk di sebelahnya.
Jumlah siswa di kelas ini ada dua puluh empat orang, tapi kenapa lagi-lagi Alin harus satu kelompok dengan Fajri?
"Bawel, kalau gue bisa nawar ke kakak kelasnya, gue juga ogah satu kelompok sama lo," Fajri menatap lurus ke depan, mengabaikan Alin yang ngomel-ngomel di sebelahnya.
"What's up bro!!" Seorang murid laki-laki menghampiri mereka berdua.
"Satu kelompok kita." Fiki menaik-turunkan alisnya ke arah Fajri dan Alin.
Alin meringis. Ya Tuhan, kenapa teman satu kelompok Alin begini semua.
Cukup sudah Alin selalu disatukan dengan Fajri. Sekarang Alin lagi-lagi harus satu kelas bahkan satu kelompok dengan teman lamanya di SMP.
Ya, namanya Fiki Aulia. Teman sekelas Alin dan Fajri saat kelas delapan dan sembilan dulu.
"Kelompok Cendol kan ya?" Tanya murid laki-laki dengan papan nama dari kardus bertuliskan Zweitson.
Mereka bertiga menoleh kearah murid laki-laki dengan kacamata bulat itu, lalu dengan kompak mengangguk.
Satu kelas ini berisi dua puluh empat murid, jadi dibagi menjadi enam kelompok dengan masing-masing anggota empat orang.
Alin menghembuskan napas lega saat tahu Zweitson satu kelompok dengannya. Setahu Alin, laki-laki bernama Zweitson Thegar Setyawijaya ini salah satu murid pintar di kelasnya. Dilihat dari penampilannya yang memakai kacamata dan wajahnya yang sama sekali tidak menunjukkan raut wajah kriminal, Alin sih percaya saja.
Setidaknya Zweitson bisa menjadi penengah diantara Alin yang selalu loading, Fajri yang selalu datar dan Fiki yang random.
"Baik, semuanya sudah duduk bersama teman satu kelompoknya kan?" Tanya Iren menenangkan suasana gaduh di kelas.
"Sudah kak," jawab satu kelas kompak.
Jadi permainan kali ini sederhana dan sangat mudah. Iren menyebutnya 'Spidol keliling'.
Aturan mainnya adalah, mereka akan menyanyikan sebuah lagu dengan seksama dengan sebuah spidol yang akan berputar dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Tapi di tengah berputarnya lagu, kakak pembimbing bisa kapan saja untuk menghentikan nyanyian mereka. Dan jika spidol berhenti pada satu kelompok, makan kelompok itu akan diberi tantangan atau hukuman.
Iren menjelaskan tentang permainan apa yang akan mereka lakukan, mereka satu kelas pun dengan serius menyimak aturan yang Iren jelaskan. Murid baru, takut dengan hukuman.
"Oke semuanya, permainannya kita mulai dari kelompok Es Campur." Iren memberikan spidol pada kelompok yang berada di depan.
Ya, nama kelompok di kelas ini menggunakan nama-nama minuman. Ada kelompok Es Campur, Es Doger, Es Cendol, Es serut, Es cincau dan Es Dawet. Entahlah, mungkin mereka haus.
"Balonku ada lima." Satu kelas mulai bernyanyi dengan ramai sambil bertepuk tangan.
"Rupa-rupa warnanya."
"Hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru."
"Meletus balon hijau, dor."
"Hatiku sangat kacau—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle
Teen FictionKamu pernah merasakan cinta segitiga? Dan kamu tanpa sadar justeru menyia-nyiakan orang yang tulus menyayangi kamu, dan hanya menjadikan orang itu sebatas friendzone. Kamu malah mengejar orang yang jelas-jelas tidak pernah bisa kamu miliki. Karena...