Alin memandangi botol air mineral yang ada di atas meja, senyumnya tidak pudar sejak dari keluar kelas hingga sekarang duduk di kantin.
Jesica yang melihat tingkah aneh Alin merasa khawatir, takut Alin ketempelan setan belakang sekolah. Jesica yang memang gampang parno jadi merinding sendiri, ia menoleh ke sekitaran kantin yang ramai. Baiklah Je, ini masih siang dan ramai orang.
"Lo kenapa si?" Jesica menyadarkan Alin dari lamunannya.
Alin menoleh, "kenapa apanya?"
"Lo senyam-senyum mulu dari tadi, gue takut," kata Jesica khawatir dengan Alin yang bertingkah aneh. Sebenarnya Alin memang aneh setiap harinya, tapi kali ini Jesica benar-benar khawatir.
"Gue lagi bahagia, karena dua hari ini gue lumayan ada kemajuan sama kak Fenly." Seru Alin sambil merentangkan tangannya.
"Dih, gue kira kenapa yeu anjir," cibir Jesica. Ia meminum jus jeruknya sambil memandang Alin dongkol.
"Yeuu lo nggak tau sih rasanya jatuh cinta," ledek Alin.
"Heh, gue juga pernah jatuh cinta, ya.", Jesica melotot.
Alin tersenyum menggoda, "sama siapa? Zweitson?"
Jesica mendengus, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Menghindari tatapan menyebalkan dari Alin.
"Utututu, ibu sekretaris salting, nih." Alin mencolek pipi Jesica.
"Nggak, ya." Jesica menepis tangan Alin sambil melotot. Lain di mulut, lain di hati. Mulut Jesica memang bilang tidak, tapi pipinya yang memerah menjelaskan segalanya.
Fajri, Fiki dan Zweitson ikut bergabung bersama dua gadis itu. Mereka memang selalu bersama-sama setiap ke kantin atau pun kerja kelompok.
"Ini botol siapa si? Gue buang aja." Fiki yang baru datang dengan entengnya menyingkirkan botol plastik kesayangan Alin.
"Jangan!" Alin berteriak kencang membuat seisi kantin menoleh pada meja mereka.
Alin nyengir saat semua mata yang ada di kantin menatapnya. Lalu dengan wajah merah menggeplak lengan Fiki.
"Kenapa si?" Tanya Fiki sewot karena pukulan Alin.
Alin melotot, "siniin botol gue."
Fiki menatap botol air mineral itu, "ini? Botol kosong gini mau di apain?"
"Banyak tanya lo kayak Dora." Alin merebut paksa botol di tangan Fiki. Mendengus kesal pada Fiki yang meledeknya.
Fajri, Zweitson dan Jesica sudah biasa dengan perdebatan tidak penting antara Alin dan Fiki. Sehari saja mereka tidak adu argumen, rasanya ada yang kurang.
Zweitson memainkan sedotannya, "kalian mau ikut lomba apa buat nanti?"
Fiki dan Alin yang sedang saling melemparkan tatapan sengit langsung duduk anteng saat Zweitson bersuara.
"Gue sama Aji fix bakal ikut lomba basket dulu, nanti kalau rombongan Aldo butuh orang buat futsal atau voli, kita juga ikut." Jawab Fiki lalu menyuapkan batagor pada mulutnya.
Untuk memeriahkan ulang tahun sekolah nanti, ada lima mata lomba yang diadakan oleh anak OSIS. Basket, futsal, voli, lomba fotografi dan cerdas cermat. Acara tambahannya adalah bazar dan pentas seni.
Zweitson manggut-manggut, wajahnya sedikit sedih saat mendengar Fiki. "Gue juga mau ikut basket, tapi pasti ibu gue nggak bakal ngeizinin."
Zweitson pernah bilang kalau dia pernah cidera serius saat main basket dulu. Cidera serius itu membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk sembuh. Jadi sampai saat ini, ibu Zweitson tidak mengizinkan dia untuk bermain basket atau olahraga yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle
Teen FictionKamu pernah merasakan cinta segitiga? Dan kamu tanpa sadar justeru menyia-nyiakan orang yang tulus menyayangi kamu, dan hanya menjadikan orang itu sebatas friendzone. Kamu malah mengejar orang yang jelas-jelas tidak pernah bisa kamu miliki. Karena...