Cԋαρƚҽɾ 7: Mყʂƚҽɾισυʂ Bιɾƚԋԃαყ Gιɾ ʅ

60 21 54
                                    

"Assalamualaikum! Selamat pagi!~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum! Selamat pagi!~"

Arik CS memasuki kelas pagi itu dengan semangat percaya dirinya ̶ tak tahu bahwa mereka sudah terlambat 20 menit. Seisi kelas menatap mereka aneh yang dengan santainya tidak menyadari kesalahan masing-masing.

"Waalaikumsalam! Selamat terlambat lagi!~" sahut Bu Desi sarkas dengan tatapannya yang tidak bersahabat, "Cepetan duduk!"

Keempat bocah itu tersentak sadar dan langsung mengibrit ke tempat duduknya di sudut belakang kelas yang sudah diatur khusus untuk geng ceroboh mereka. Saat keempatnya sudah sadar dalam mode siap belajar, mulai mengamati sekitar, dan mereka berbarengan terperanjat. Ada sosok gadis cantik yang aneh. Ah tidak, mungkin mendekati tidak waras. Pakaiannya amat sangat berlebihan; dress putri berwarna putih tulang ala serial drama kerajaan Inggris, mahkota kristal menghiasi rambut yang dibentuk updo bak bangsawan, belum lagi riasan menor yang melekat pada tiap inci kulit wajahnya.

"Itu siapa kok ngga pake seragam?"

"Astaga aneh banget, auranya beda."

Obrolan itu mulai terlontar dari mulut Juan dan Deo sembari menerka-nerka kegilaan apa yang sedang terjadi. Sedangkan yang menjadi bahan obrolan hanya mengerling dan terus-terusan memandangi geng Arik tanpa henti, dengan tatapannya yang ... sulit diartikan.

Nathan bergeming sebentar lalu memanggil Jayrandi si ketua kelas berciri khas logat sunda kental, "Jay, itu anak baru siapa?" tanyanya mengacu pada si gadis aneh.

"Saha? Mana?" balas Jay balik bertanya dengan raut wajah cengo.

"I-itu," sahut Nathan menunjuk ke bangku belakang tepat di sebelah kirinya.

Sementara Jay makin menautkan alisnya. "Bangku belakang teh enya kosong siji, maneh liat jurig ya?"

Nathan menggeleng cepat. Jelas-jelas tidak ada hantu secantik dan se-menor itu. Kini gantian Nathan yang cengo.

"I-ibu?!"seru Arik pada Bu Desi yang tengah menerangkan. Ya, tentu saja amarah guru muda pengidap bipolar itu tersulut.

"Giliran Ibu lagi nerangin malah nanya, entar disuruh nanya ngga ada yang nanya."

"Astagfirullah, kalem euy si Ibu mah," komentar Jay berusaha menenangkan.

Sedangkan Arik jadi meringis dan berhati-hati melontarkan pertanyaannya, "Itu yang dibelakang anak baru ya bu? Kok seragamnya beda banget?"

Bu Desi hanya menaikkan sebelah alisnya, sama sekali tak menghiraukan pertanyaan Arik dan kembali menerangkan. Dalam batinnya ia berpikir "Udah gila apa ya kebanyakan belajar." Reaksi Bu Desi membuat geng ceroboh itu makin terperanjat karena berarti benar nyatanya bahwa tak ada yang bisa melihat gadis aneh itu selain mereka berempat saja.

"Pengumuman pengumuman!"

Suara dari speaker kelas yang menggema ke seluruh penjuru ruangan itu sukses menghentikan aktivitas belajar-mengajar.

Dear Mr. Fantasy [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang