Cԋαρƚҽɾ 2: Wҽιɾԃ Hσυʂҽ

142 69 89
                                    

Arik termangu menyoroti bangunan seram di depannya, sedari tadi ia belum berkedip bak memiliki atensi tersendiri pada rumah tua tak bertingkat yang cat putihnya tampak sangat kusam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arik termangu menyoroti bangunan seram di depannya, sedari tadi ia belum berkedip bak memiliki atensi tersendiri pada rumah tua tak bertingkat yang cat putihnya tampak sangat kusam itu. Lain halnya dengan Nathan yang sudah ratusan kali meyakinkan dirinya sendiri untuk menginjakkan kaki ke rumah angker demi menemani sahabat anehnya.

Ada sebuah pohon ceri besar yang gersang di depan halaman rumah itu. Pohon besar yang tampaknya sudah tua itu menambah kesan ngeri. Hawa dingin kian menguar ̶ menelusup ke dalam kulit dan membuat bulu roma meremang.

KROAK KROAKK!

"WOI APAAN ITU?!" Nathan sontak terperanjat saat segerombolan burung gagak berterbangan dari arah belakang rumah. Ia segera mengejar Arik yang sudah mendahuluinya sampai di ambang pintu. Nathan lekas menarik kain belakang kaos Arik dan tentu saja langsung ditepis oleh empunya.

Arik menyeletuk kelewat santai pada sohibnya, "Itu sambutan selamat datang Than."

Hal itu membuat Nathan menukik-kan alisnya. "Gelo sia! Mana ada sambutan kayak gitu. Rik udahlah gue pulang ya."

"Dih apaan ketemu orang nya aja belum, pemberani banget lo."

"Yaudah lo yang ketuk pintunya."

"Oke! Salam nggak nih?" tanya Arik dengan kerlingan jahil. Pada akhirnya ia juga yang mengalah, memang tugas jagoan huft.

Nathan menjitak pelan dahi Arik kesal. "Ya salam lah!"

Yang dijitak mengaduh kesakitan. Lebay. Dan mereka pun ribut lagi, haduh.

Krieettt

Pintu rumah di hadapan mereka tiba-tiba dibuka dari dalam. Keriyutnya terdengar sangat menyeramkan di telinga. Tepat setelahnya muncul sosok kakek berjanggut putih berdiri statis di hadapan Arik dan Nathan, kakek yang konon bernama Seno itu wajahnya tidak terlalu bersahabat ̶ ditambah lagi kini ia memegang perkakas palu besar di tangan kirinya.

Nathan membulatkan bola matanya melihat sosok Kakek Seno secara langsung di depannya. Ia menelan salivanya dan tergerak mundur ke belakang Arik.

"A-a-assalamualaikum Kek," ucap Arik terbata sembari mencoba tersenyum pada pria tua di depannya.

Tak disangka-sangka, kakek itu membalas ramah salam Arik, "Waalaikumsalam, kamu siapa ya?"

Bukannya menjawab, Arik justru terbelalak memerhatikan isi rumah Kakek Seno yang terlihat sedikit dari celah pintu. Ia melihat asap berwarna-warni memenuhi langit-langit ruangan, juga ada paus kecil yang mengambang; berenang-renang di bawah naungan asap pelangi itu. Saat dirinya mencoba menelisik lebih dalam, Kek Seno cepat-cepat menutup pintu rumahnya ̶ membuat Arik teralihkan.

"Iya Kek, saya yang baru pindah nempatin rumah di sebrang," jawab Arik tak lupa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya barusan.

"Oh ... ada perlu apa kemari?"

Dear Mr. Fantasy [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang