Cԋαρƚҽɾ 3: Nҽɯ Fɾιҽɳԃʂ, Nҽɯ TɾσυႦʅҽʂ

124 57 69
                                    

"Woi cepetan udah bel, hari pertama, nih!" seru Nathan terburu-buru seraya menyeret sahabatnya yang sibuk mengecek ransel tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woi cepetan udah bel, hari pertama, nih!" seru Nathan terburu-buru seraya menyeret sahabatnya yang sibuk mengecek ransel tas.

"I-iya-iya," sahut Arik terpaksa menutup cepat resleting tasnya dan ikut berlari bersama Nathan menuju kelas barunya.

Ya, hari ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah lagi pasca libur semester 1. Di semester genap kali ini, tepat dengan Arik yang baru pindah sekolah. Kesannya sebagai anak baru harusnya baik-baik misalnya seperti berangkat sekolah pagi-pagi dan memulai berkenalan dengan teman baru juga. Tapi justru inilah yang terjadi ....

"Pagi ibu guru dan teman-teman ...." Nathan dengan pede-nya menyembulkan kepalanya ke dalam kelas yang ternyata sudah dipenuhi orang. "hehe, telat ya bu."

"Cepat masuk!" seru seorang guru wanita berumur 30-an, namanya Bu Desi.

Nathan otomatis kikuk lalu segera masuk diikuti Arik. Namun, saat salim, Ibu Guru Desi langsung menyadari ada etintas berbeda yang memasuki kelasnya.

"Oh kamu anak baru itu ya? Perlu perkenalan? Atau nanti aja sendiri?" Ia menyoroti Arik, lalu mengangkat alisnya. "Kayaknya nanti aja yah kamu pasti gampang kok adaptasi," selorohnya begitu saja sama sekali tak mencerminkan seorang guru yang ramah.

Guru macam apa coba, batin Arik menyiyir.

Saat berjalan ke bangkunya yang tentu saja dapat tempat duduk paling belakang karena telat, Nathan menjelaskan bahwa wali kelasnya itu memang agak aneh. Kadang bisa jadi sosok yang baik dan ramah, namun lebih sering seperti tadi ̶ bertindak random tak sewajarnya begitu. Konon katanya, guru muda itu stress berat mendidik anak-anak hingga kena bipolar. Kasihan sekali padahal masih muda.

"Jadi karena ini hari pertama masuk, kalian tahu kan harus buat tugas apa?" tanya Bu Desi dengan seringai menyebalkan ̶ membuat seisi kelas mengeluh karena tahu tugas legendaris yang akan selalu diberikan di hari pertama masuk sekolah.

"Ayok mulai, buat karangan pengalaman liburan kalian di kertas selembar."

"Yah kan kita udah kelas 8 buu ...," keluh seorang siswa menyuarakan kebosanannya.

Bu Desi menempatkan kedua tangannya di pinggang, dirinya menantang balik, "Dari pada hari pertama kalian langsung belajar mau, hmm?"

Kompak sekelas langsung menggeleng mendengar pertanyaan mematikan itu. Ya ... intinya mereka tidak punya pilihan lain selain membuat karangan cerita liburan.

"Cerita liburan lo gimana? Kan kita ngga kemana-mana cumadi komplek," keluh Nathan pada Arik yang sudah mulai menorehkan penanya pada selembar kertas putih di meja ̶ ia mulai menuliskan cerita, entah tentang apa.

Arik mendengus, "Portal magis? Rumah Kek Seno?"

Nathan menjatuhkan dagunya sesaat. Ia mengerjap dan berpikir apa mungkin apa ada yang akan percaya jika ia menuliskan pengalaman tak masuk akal yang akhir-akhir menggandrungi dirinya dan Arik selama liburan.

Dear Mr. Fantasy [END]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang