"Tunggu dulu, tadi gue denger lo ngomongin tentang Jevan gitu kan?" Naziva gadis posesif penggila Jevan ini bertanya perihal Lisa dan teman-temannya yang membicarakan Jevan.
"Gak. Salah denger lo!" Jawab Adel dengan tatapan sinisnya, ia tak pernah akur dengan Ziva sejak dulu.
"Bohong! lo pikir gue bolot?" Rupanya gadis ini menguping pembicaraan mereka.
"Itu tau."
"Wah kurang aja, dia ngatain lo bolot anjir." Kompor salah satu teman Naziva.
"Ngajak ribut gue, lo?" Ziva mulai terpancing untuk bertengkar dengan Adel.
"Please deh ziv, gausah sok sok-an ngajak ribut gue. Ntar ujung ujungnya lo nya juga yang kicep gak bisa adu bacot lagi sama gue." Bukan Lisa, melainkan Adel.
Tanpa basa-basi yang panjang, Naziva menarik rambut Adel tiba-tiba, Adel yang tidak mau kalah pun menarik rambut Ziva, dan terjadilah adegan jambak-jambakan layaknya sinetron.
"Woi udah, stop!" Lisa bingung, bagaimana memisahkan Ziva dan Adel yang sedang bertengkar ini.
"Eh bisa mampus nih, kalo ketauan bu Dara, bisa bisa kita semua disuruh berdiri didepan tiang bendera panas-panasan!" Kata Chika yang tak mau terkena hukuman dari bu Dara kali ini, ia sudah terlalu muak dihukum oleh guru bimbingan konseling sekolahnya.
"Pisahin!" Sergah teman Naziva satu lagi yang bernama Laras.
"Dih? apaan lo nyuruh-nyuruh, temen lo tuh urusin tolol!" Shana yang membalas ucapan Laras barusan.
"Temen lo tuh nyolot banget dari tadi." Balas Laras yang juga tak mau kalah dari Shana.
"Nad, tolong lah ini temen lu bawa balik." Ujar Fely kepada satu-satunya teman Naziva yang merupakan anggota osis itu, Nadia.
Klotak klotak
Sepasang tungkai kaki dengan heels yang membuat langkah kakinya terdengar sekali, ia mendekat ke arah mereka semua.
"Kalian!" Teriak guru bimbingan konseling.
"Mampus nad mampus! kabur ayo kabur." Ajak Laras yang tak mau terkena hukuman dari bu Dara.
"Ayo!" Nadia dan Laras pun berlari meninggalkan Naziva, mereka sudah terlalu sering mendapat point dari bu Dara. "Sorry fel gak bisa bantu." Ucap Nadia sebelum meninggalkan mereka semua.
Shana yang melihat itu pun meneriaki mereka berdua. "JANGAN KABUR LO!" Teriak Shana.
"Ini ngapain ribut-ribut?" Tanya Dara melihat keadaan Adel dan Naziva yang tak terkondisikan lagi betapa mengenaskannya we mereka berdua.
"Naziva ngajak ribut aku duluan, aunty." Dara adalah kakak tertua dari ibu Adel, otomatis Adel memanggilnya dengan sebutan bibi.
"Aunty?" Naziva mengerutkan dahinya.
"Adel sepupunya Jevan, otomatis bu Dara itu tantenya dia!" Jelas Chika.
"Gak percaya." Naziva tak percaya jika Adel adalah sepupu dari Jevan.
"Lah? up to you, cause i don't care if you know or don't know about me and Jevan." Jawab Adel dengan melipat kedua tangannya.
"Halah pembohong!" Balas Naziva, ia semakin tak percaya.
"Yeah, back to topic. Like i said before, ini lo duluan yang mulai! bukan gue."
"DIH APAAN LO? KOK JADI GUE?!" Naziva jelas akan menentang perkataan Adel.
"Emang lo duluan!" Adel memutar bola matanya malas.
"Stop! kalian semua ikut saya ke ruangan saya!" Pinta bu Dara kepada mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Certainty | Local au
Fanfiction❛❛ Gue gak tertarik sama Jevan, gue gak bakal dan gak akan pernah suka sama dia. ❜❜ ╰► 𝐃𝐞𝐥𝐚𝐫𝐚 𝐋𝐚𝐥𝐢𝐬𝐚 𝐙𝐞𝐯𝐚𝐧𝐲𝐚 ★༄ © Jeonthics